Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #155

Jodoh | 155

Soa terpaksa kembali pada pintu itu lagi. Para kunang-kunang berhasil menggiringnya untuk kedua kali. Hanya saja untuk membuka pintu itu Soa masih menolak keras untuk melakukannya. Ia tetap tidak ingin memasuki pintu itu. Sebuah pintu yang di baliknya terdapat mansion keluarga Jorell yang selama ini ia tinggali.

“Aku mohon, jangan paksa aku. Aku tidak mau kembali ke rumah itu,” Soa terduduk dengan kedua kaki menekuk. Ia sandarkan kepalanya di atas lutut seraya memohon berkali-kali dengan air matanya.

Di sisi lain Kalevi berdiri tertegun di antara kabut putih yang ada. Seorang diri pandangannya terpaku pada bangunan megah di kejauhan, yang samar-samar tertangkap matanya. Bangunan yang menyimpan banyak kenangan sendu dan ambisi sejak ia kecil. Bahkan di tempat itu pula kisah cinta salah satu anggota keluarga mati di sana.

Ingin rasanya Kalevi merobohkan bangunan kokoh itu. Melenyapkan kekuasaan yang telah menyesatkan banyak orang. Namun ia merasa tak memiliki kekuatan besar, maka satu hal yang Kalevi telah janjikan kepada dirinya sendiri adalah, ia akan keluar dari daftar anggota keluar Jorell.

“Soa, andai kau ada di sini bersamaku. Aku akan mengatakan padamu bahwa aku sudah memilih untuk selamanya tidak berjanji setia pada Grazian.”

Dari kejauhan tampak kumpulan cahaya-cahaya kecil muncul tiba-tiba. Menembus kabut, terbang ke arah Kalevi berdiri.

“Kunang-kunang?” Kalevi bergumam sendiri merasa janggal bagaimana kunang-kunang itu bisa ada di tempatnya membawa cahaya begitu terang yang indah, walau keadaan ruang sama sekali tidak memiliki kegelapan.

Kunang-kunang yang mendekat itu mengelilingi Kalevi. Pria itu menoleh kanan kiri tidak paham apa yang akan kunang-kunang itu lakukan. Hingga akhirnya para kunang-kunang bersatu, dan aksi mereka menggiring Kalevi untuk mau membalikkan badannya.

Kalevi tergemap, ada sebuah pintu yang ia lihat di kejauhan setelah ia mau membalikkan badannya. Para kunang-kunang terbang menuju pintu itu. Tak ragu Kalevi menyusulnya meski ia lagi-lagi janggal kenapa ada pintu asing di taman depan rumah megahnya.

Dengan langkah cepat Kalevi menghampiri. Lantas setibanya ia di depan pintu itu, hatinya terdorong begitu kuat untuk membuka benda asing yang sejak tadi sudah ia lihat.

‘Krekk’

Kalevi membuka pintu itu perlahan-lahan. Ada gelap yang pertama kali ia lihat dari celah pintu yang belum terbuka sepenuhnya. Para kunang-kunang masuk ke ruang gelap itu lebih dulu, terbang melintasi jarak yang tak jauh dari tempat Kalevi berdiri. Pandangan Kalevi sama sekali tak lepas dari mereka, mengikuti ke mana mereka menuju.

Hingga sampailah sinarnya menyinari seseorang yang memekur sendirian. Kalevi yang terkejut menyelidik jauh siapa gerangan yang ditunjukkan oleh kunang-kunang. Orang itu terlihat tak asing baginya, duduk sendiri dengan kepala yang masih bersandar pada kedua lutut.

Mata Kalevi menyipit. Perawakan seorang wanita di depannya ia kenal jelas. Panjang rambutnya, warna kulitnya, dan ramping badannya.

“So – Soa?!” nama itu akhirnya terucap kemudian. “SOA...!” Kalevi yang semakin yakin bahkan memanggil lebih keras.

Wanita itu mendengar panggilan yang begitu nyata di telinganya. Perlahan ia mengangkat wajah dan mencari sumber suara berada.

Kini Kalevi bisa melihatnya dengan jelas. Rasa lega di hatinya melambung, ia berlari mendekati Soa.

“Kalevi?” Soa langsung bangkit berdiri. Di sambutnya pelukan yang datang dari pria itu, seketika ketakutannya membuyar. Soa merasa terlindungi, air matanya terjatuh seraya merengkuh balik pria di depannya.

“Akhirnya kita bertemu,” lirih Kalevi.

Lihat selengkapnya