Pagi itu Kalevi kembali ke kota Melvin. Mobil yang dikemudikan Daniel melaju begitu cepat, menembus pemandangan indah yang tadi malam sudah mereka lihat.
Kalevi terpaku di belakang kemudi. Keindahan alam yang ada di depan mata tidak lagi menarik perhatiannya. Padahal sekarang ia bisa melihat kecantikan alam jauh lebih jelas. Padang rumput yang hijau, anak gembala dengan domba-dombanya, dan bukit-bukit tinggi di bawah naungan langit biru. Karena surya pagi kini telah menjadi penerang menggantikan purnama.
Bayang-bayang Marshal masih membuai dalam pikiran Kalevi. Membuat pria itu sepanjang perjalanan terus saja diburu penasaran siapa sosok pemuda yang mengantarnya ke pohon Cayo?
“Selamat datang di pohon Cayo, Kalevi Jorell.” Bahkan mengenang sambutan itu menyentakkan kalevi kali ini. Ia baru ingat, kalau ia sama sekali tidak pernah menyebutkan nama belakangnya kepada Marshall. Ia tak habis pikir bagaimana Marshall bisa tahu nama belakang miliknya.
“Siapa dia sebenarnya? Apa jangan-jangan dia orang suruhan Molly yang mengikutiku? Ah! Rasanya mustahil. Apa lagi kata-katanya...?” batinnya ramai berujar.
Sama sekali tak ada jawaban yang Kalevi temukan dari banyaknya prasangka mencuat. Hingga pada akhirnya ia menyadari, terserah siapa pun pria itu, ia memilih untuk tidak peduli. Buatnya yang terpenting kini ia sudah menemukan apa yang selama ini dicari.
Kalevi menoleh ke luar jendela mobil. Ia membuka kacanya lalu menarik nafas dalam seraya memejamkan mata penuh rasa lega. Batinnya berujar suka cita. “Entah dari mana kau berasal, Marshall. Terima kasih, sudah membawaku menuju cahaya. Kau adalah pohon Cayo bagiku, yang mengetuk hatiku dari luar untuk menyapa Yang Kuasa.”
Dan Kalevi pun mengambil waktu tidurnya. Menikmati perjalanan dengan lelap yang ditujukan untuk memulihkan energi yang hampir lenyap.
Beberapa jam kemudian, mobil Kalevi sudah tiba di kota Melvin. Sopir pun lanjut mengarahkan perjalanan ke rumah sakit di mana Soa sedang di rawat.
Kalevi sudah ingin sekali melihat keadaan istrinya, sekaligus membagikan cerita yang ia miliki selama perjalanannya di Desa Yasna.
Dengan sebuah harapan tulus Kalevi juga berharap, Tuhan akan mengizinkan pendengaran Soa terbuka, sehingga ia dapat mendengarkan setiap kisah yang Kalevi ceritakan.
Kalevi bergegas menuju lift sesampainya ia di lobi rumah sakit. Lantai empat menjadi tujuannya dan untunglah kondisi lift saat itu tidak ramai sehingga Kalevi tak perlu lama mengantre.
Akan tetapi disaat Kalevi sampai di depan kamar Soa. Ia sangat terkejut mendapati dua orang pria bertubuh kekar berdiri di depan kamar itu. Semula ia pikir kedua pria itu salah kamar, hingga akhirnya Kalevi tahu bahwa mereka adalah bodyguard suruhan Molly yang menghalanginya untuk bertemu dengan Soa.
“Kalian tidak punya hak menghalangiku!!!”
“Maaf, Tuan. Kami hanya menjalankan tugas dari Nyonya Molly.”