Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #172

Balkon Hotel | 172

Malam itu Soa berdiri di tepi balkon hotel. Dari ketinggian gedung matanya menyorot luas memandangi keindahan lampu-lampu kota. Ponsel miliknya sudah ia genggam, bersiap menghubungi seseorang untuk menyatakan sikap. Hanya saja ia masih terjeda di sana, berbeda dengan sorot mata yang ia punya ucapan Arandra justru menguasai pikirannya.

“Jika kau bersungguh-sungguh ingin kita melakukannya. Aku ingin malam lusa kita bekerja sama.”

Soa ingat bagaimana ketegasan itu memancar dari ekspresi Arandra. Cukup lama ia terdiam, membuat Arandra menunggu menanti apa yang ingin dirinya katakan.

“Baiklah. Aku setuju dengan rencanamu.”

“Itu bagus.”

“Lalu – bagaimana cara kita memecahkannya?”

“Soal itu, kita harus bisa memecahkannya di waktu bersamaan.”

“Ya, aku masih ingat. Sedikitnya kau pernah bercerita padaku saat kau dulu melakukannya. Tapi yang masih menjadi kebingunganku, bagaimana aku mengerjakan bagianku? Tidak ada alat komunikasi di antara kita apa bila kita sudah berada di dunia kita masing-masing.”

“Ya, kita tidak memiliki alat komunikasi. Tetapi... kita bisa melihat jam yang berada di dekat batu Halvor.”

“Jam?”

“Setelah kau memasuki ruang rahasia di rumah megahmu, maka kau akan melihat jam dinding besar di sana. Itu bukan jam biasa, Grazian juga memilikinya sebagai alat untuk menunjukkan waktu ritual.

“Malam lusa, disaat jam itu menunjukkan tepat di angka 12. Maka kau harus memecahkannya, dan aku pun di tempatku akan melakukan hal yang sama. Setelahnya kau juga harus segera keluar rumah atau kau akan tenggelam dalam reruntuhan bangunan.”

“Ba – bangunan itu akan runtuh?”

“Ya. Begitu pun kerajaan Grazian. Pecahnya batu Halvor dan runtuhnya bangunan kebanggaan mereka akan menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Raja Osbert dan keluarga Jorell.”

“Lalu apa yang akan terjadi pada Osbert bila batu itu hancur?”

“Dia akan mati untuk kedua kali.”

“Mati untuk kedua kali?”

“Ya, begitulah aku menyebutnya. Roh raja kami akan lumpuh, kekuatannya redup. Dia akan menghilang di antara para roh, namanya terlupakan, dan selamanya dia tidak akan berdiri di singgasananya lagi. Bahkan....

“Bahkan apa?”

Lihat selengkapnya