Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #182

Rumah yang Kosong | 182

“Selamat datang Gadis Berisik,” Kalevi menyambut di depan pintu. Mengejutkan Soa yang tak menyangka bahwa tugas seorang pelayan di rumah itu dilakukan oleh si tuan rumah. Sayang Kalevi tak pandai bernada, karena suara sambutannya terdengar begitu kaku dan sama sekali tidak menyentuh.

Soa mengangkat alisnya seraya memasuki ruang tamu yang begitu luas. Sejenak ia mengedarkan pandangan. Lalu kemudian bertanya, “Kau yang membuka pintu? Memang ke mana para pelayan di sini?”

“Aku sudah berhasil mengosongkan rumah ini.”

Soa tersontak menanggapi. “Kau melakukannya?! Bagaimana bisa?!”

“Tuan rumah bebas melakukan apa pun,” Kalevi bersilang tangan santai menjawab. Ia enggan membuka cara bagaimana bisa seluruh pelayan di rumah megah itu ke luar dari sana. Alhasil Soa hanya mengangguk-angguk mengakui kekuasaannya yang berguna di saat seperti itu. “Ayo! Kita ke taman belakang.” Sesaat kemudian pria itu langsung meraih tangan Soa.

“Untuk apa?” Soa masih menahan diri.

Kalevi menghembuskan nafasnya, ia sudah duga kalau Soa pasti akan mulai banyak bertanya dibanding langsung menuruti keinginannya. Ia sadar kalau saat ini giliran sikap sabarnya yang dibutuhkan. “Seharian kau sibuk. Aku tahu kau pasti tidak sempat makan, atau justru malah tidak bernafsu makan. Jadi... aku menyiapkan makanan untukmu.”

“Oh, mereka sempat masak sebelum pergi?”

“Mereka katamu?! Jangan kau kira suamimu ini tidak pandai memasak.”

“Hah! Kau sungguh-sungguh memasak?!”

“Astaga! Sepertinya kau belum tahu banyak kalau betapa kerennya suamimu –“ belum sempat Kalevi menuntaskan ungkapan kepercayaan dirinya, Soa sudah langsung melengos meninggalkan Kalevi seorang diri. “Hei! Aku belum selesai bicara...!”

“Aku sudah lapar Tuan Besar....!”

“Huh! Dasar Gadis Berisik!”

Kalevi turut mempercepat langkahnya menyusul Soa yang tak sabar untuk melihat apa yang telah ia siapkan di taman belakang. Hanya butuh satu menit, ia sudah melihat istrinya melongo seakan tidak percaya bahwa ia bisa memasak makanan yang tampak lezat itu.

“Steak? Kau sungguh bisa membuatnya?” Soa bertanya seraya menarik kursi. Tak peduli dengan raut muka Kalevi yang tampak jengkel karena tidak dipercaya.

“Jika kau tidak yakin, kau boleh tidak memakannya.” Kalevi turut duduk di depan Soa.

Soa langsung mengambil pisau dan garpu. “Aku tidak peduli siapa yang membuat, yang pasti ini sangat sayang jika dilewatkan.”

Lihat selengkapnya