Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #183

Kunci Ruang Rahasia | 183

Walau kegelisahan menghantui batin. Baik Soa atau pun Kalevi sama-sama meneguhkan di dalam hati, bahwa mereka bertekad melepaskan rasa itu di saat Tuhan masih mengizinkan kan mereka bersama. Menit demi menit berlalu, terasa waktu yang mereka punya menjadi hal yang paling berharga.

Soa dan Kalevi, keduanya menikmati penuh perbincangan mereka. Sesekali mereka melempar canda, tertawa, bahkan tak lupa berdebat di sela cerita.

“Kau yang lebih dulu terlihat sombong dan tidak bersahabat denganku!” terdengar Soa tidak mau kalah. Menyampaikan kesannya saat pertama kali bertemu dengan Kalevi dulu.

“Aku memang selalu angkuh pada setiap orang,” ujar Kalevi santai. “Lalu bagaimana denganmu Gadis Berisik! Biarpun aku seperti yang kau bilang, tapi aku menarik perhatianmu saat di pesta pertunangan, bukan?”

Soa terperanjat tiba-tiba, mendadak ia jadi merasa malu. Saat di hari pertunangan mereka memang Soa melakukan hal itu. Tidak menyangka Kalevi menyadarinya, bahkan ia masih mengingatnya.

“Aku memang melirikmu! Tapi itu hanya karena aku penasaran siapa tuan angkuh di depanku ini. Saat pertama kita bertemu, pikiranku hanya di penuhi oleh Ken. Perlu kau tahu, rasanya aku ingin melompat dari gedung tinggi begitu tahu kalau hari itu aku harus bertunangan denganmu.”

“Apa kau pikir hanya kau yang ingin melompat?! Aku bahkan ingin membuang diriku ke jurang yang dalam!”

Begitu saja terus, hampir-hampir perdebatan masa lalu tidak menemukan ujung. Namun di tengah perbincangan mereka, Kalevi merasa matanya semakin berat. Ia tidak habis pikir kenapa di saat seperti ini rasa mengantuknya harus datang, padahal untuk menyelesaikan pekerjaan saja ia bisa tidak tidur sampai pagi.

Soa menyadari rasa kantuk yang menyerang Kalevi. Ia menyarankan pria itu untuk pergi meninggalkan rumah ini sekarang dan beristirahat saja. Soa tahu Kalevi tidak kalah lelah seperti dirinya dalam menghadapi masalah ini.

“Mana mungkin di saat seperti ini aku meninggalkanmu untuk pergi tidur!” Kalevi agak jengkel dengan saran Soa. Ia betul-betul tidak ingin membiarkan Soa sendirian menghancurkan batu itu, namun rasa kantuknya juga tidak kalah hebat.

“Tapi Tuan Besar –“

“Sudahlah Soa! Lebih baik –“ Kalevi betul-betul tidak kuat lagi menahan kantuknya. “Lanjutkan ceritamu, biar aku tetap di sini untuk mendengarnya.”

Soa tersenyum mendapati perlakuan suaminya. Sesaat kemudian ia lihat Kalevi membenamkan kepala di atas meja.

“Berceritalah Gadis Berisik,” suara Kalevi mulai terdengar samar.

Soa melirik jam tangan yang ia kenakan, menunjukkan bahwa tinggal satu jam lagi ia harus melakukan tugasnya. Sejenak kemudian ia mengamati Kalevi, tidak tega melihat pria itu sampai ketiduran di meja.

Soa tersenyum lagi, wajah pria yang dilihatnya tampak polos seperti tidak pernah mengesalkan. Tanpa segan ia menyentuh tangan Kalevi yang ia anggap sudah tidak sadarkan diri itu.

“Kau ingat dengan pertanyaanmu, Tuan Besar?

"Di saat kau bertanya, apa yang aku inginkan jika terlahir kembali?”

Wanita itu terjeda sejenak. Dia lantas mendengus tersenyum mengingat jawabannya.

“Dulu aku tidak punya jawaban dari pertanyaanmu, dan kupikir pertanyaan itu juga tidak penting. Namun anehnya, pertanyaan yang kuanggap tidak penting itu justru malah menggelitikku.

“Setelah aku memikirkan jika hal itu sampai terjadi padaku lagi, aku pun menemukan jawabannya. Kau tahu itu apa?

Lihat selengkapnya