Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #186

Bermain Cahaya | 186

Matahari telah kembali memberi sinarnya. Di bawah kekuasaan bola raksasa itu, terlihat Soa sedang bermain-main dengan cahaya yang Tuhan berikan. Wanita itu mengangkat tangan, merentangkan jemari kanan, sengaja meraih teriknya. Tak sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya, namun ia sadar ada hal yang berbeda yang ia rasa.

Soa lalu berbalik badan mengarah pada Kalevi. Masih ia temukan pria itu di sisi kirinya, sedang memberi tatapan penuh hanya kepada sesuatu di depan mereka. Semenjak perpisahan terakhir mereka di meja makan tadi malam, tidak sedikit pun di antara mereka menggunakan waktu untuk berbincang seru lagi seperti saat itu. Keduanya hanya terdiam terjebak dalam kesenyapan.

Soa mendapati wajah sedih Kalevi. Sekali pun tak ada lagi orang-orang berpakaian serba hitam yang mengerumuni, namun Kalevi masih saja tetap berdiam di tempat tidak ingin mengambil langkah pergi bersama mereka. Apa lagi memilih pulang, sama sekali belum Soa dapati gerak-gerik dari suaminya.

Soa ingin meraih tangan Kalevi, menggandengnya ke sebuah tempat indah yang membuat wajah sendu itu bisa kembali berseri-seri. Soa ingin mengatakan kata-kata ceria, yang bisa membuat kebekuan di bibir itu berubah menjadi tawa. Namun sayang, semua hal yang diinginkannya telah menjadi kemustahilan kini. Tubuh wanita itu sekarang berbeda, tidak lagi sama seperti manusia hidup pada umumnya. Ia ingin meraih namun tak bisa menyentuh. Ia ingin berkata namun tidak ada satu manusia pun yang bisa mendengar suaranya.

Soa Jorell – itulah nama yang Soa sadari terus menjadi perhatian Kalevi. Nama yang tertulis di sebuah batu nisan dari makam yang menguburkan jasadnya. Nama yang membuat Kalevi perih hati, bak seekor merpati yang sebelah sayapnya patah. Soa kini bisa melihat sendiri, bagaimana nama lengkap, tanggal lahir, dan tanggal kematian miliknya terukir di sana.

“Maaf Tuan, saya mengganggu Anda.” Tidak lama kemudian Daniel muncul mendekati Kalevi. Sang tuan tidak membalikkan badan, hanya menoleh sedikit tersirat bertanya laporan apa yang Daniel bawa. “Semua urusan pemakaman Nyonya Soa sudah beres, dan saya juga sudah memberi tahu Nona Hanna dan Tuan Zoe tentang berita ini. Untuk Nona Dori, saya hanya menitipkan pesan pada Nona Hanna.”

“Kau juga sudah memberi tahu kalau Soa sudah dimakamkan?”

“Sudah, Tuan. Baik Nona Hanna atau pun Tuan Zoe, mereka sama-sama bertanya kenapa baru sekarang mereka diberitahu. Untuk hal itu, saya sudah mengatakan bahwa – Tuan sendiri yang akan menjelaskannya.”

Kalevi terdiam menanggapi ucapan Daniel. Daniel memang telah menyampaikan pesannya tanpa kurang sesuatu apa pun, namun di dalam hati Kalevi diam-diam ia merasa tidak tahu apakah nantinya ia sanggup menjelaskan kepada Hanna atau pun Zoe tentang apa yang terjadi pada Soa.

Masih sangat jelas tergambar dalam ingatan Kalevi. Bagaimana di malam itu ia keluar dari mobil dengan sangat panik. Secepat ia mampu menaiki tangga teras memasuki pintu rumah. Di dapatinya sebagian barang-barang yang berantakan seperti habis terjadi gempa.

Kalevi langsung berlari, berteriak memanggil nama Soa. Tempat yang langsung ditujunya adalah ruang rahasia, karena ia tahu jam 12 sudah sangat jauh terlewat. Walau tubuhnya serasa lemah, dan rasa kantuk itu masih agak dirasa, namun Kalevi berusaha melawannya. Bagi Kalevi yang terpenting adalah bagaimana agar secepatnya ia menemukan Soa dan melindungi wanita itu dalam menjalankan misinya.

Lihat selengkapnya