Kalevi telah melepas rela kepergian Daniel. Kini pria terhormat itu kembali sendiri, lagi-lagi menghabiskan waktunya hanya untuk memandangi makam Soa.
Kenangan demi kenangan bersama Soa datang silih berganti memenuhi ruang pikir Kalevi. Sejak mereka pertama bertemu, hingga akhirnya mereka berpisah. Kini Kalevi sudah tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi terhadap Soa. Ungkapan terakhir wanita itu, telah menjadi hal yang paling indah yang terekam di benak Kalevi hingga kini.
“Kau ingat dengan pertanyaanmu, Tuan Besar? Di saat kau bertanya, apa yang aku inginkan jika terlahir kembali?
“Dulu aku tidak punya jawaban dari pertanyaanmu, dan kupikir pertanyaan itu juga tidak penting. Namun anehnya, pertanyaan yang kuanggap tidak penting itu justru malah menggelitikku.
“Setelah aku memikirkan jika hal itu sampai terjadi padaku lagi, aku pun menemukan jawabannya. Kau tahu itu apa?
“Hm... aku ingin... tetap menjadi seorang wanita dan jatuh cinta padamu.
“Ya, Tuan Besar. Sepertinya... akan menarik jika aku bersaing dengan Megha dan memperebutkan hatimu. Itu akan menjadi warna di dalam hidupku. Kau yang menyebalkan akan tetap aku perjuangkan.
“Aku berharap, di kehidupan selanjutnya kita masih bisa bertemu, Tuan Besar. Bertemu, untuk menjadi muda-mudi yang saling mencintai. Jaga dirimu baik-baik, dan jangan kau tinggalkan keteguhan hatimu."
Kalevi menarik nafasnya dalam-dalam, sejenak melepas beban kesedihan yang membuat dadanya serasa sesak. Ungkapan Soa telah menjadi candu yang dapat menghibur hatinya. Kalevi sama sekali tidak berniat melupakan jawaban istimewa itu, jawaban yang ia dengar di tengah rasa kantuk yang saat itu melumpuhkan tubuhnya.
“Dengarlah baik-baik, Gadis Berisik!”
Untuk pertama kalinya Soa mendengar Kalevi berbicara dengan pusaranya. Ia yang sejak tadi masih berada di samping pria itu kembali memandangi Kalevi penuh saksama.
“Jika aku berkesempatan untuk terlahir kembali, dan mendapatimu juga Megha di dalam hidupku lagi. Aku akan memenangkanmu sebagai pemilik hati ini.”
Soa tersontak kaget oleh perkataan Kalevi. Kini ia menyadari kalau malam itu Kalevi belum tertidur sehingga ia masih bisa mendengar jawaban dari pertanyaannya.