Pertanyaan Soa sebetulnya cukup menyinggung perasaan Arandra. Ia tidak menduga Soa bisa berpikir ke arah sana, karena selama ini dalam pandangan Arandra, Soa adalah gadis yang lugu dan polos. Ia pun menduga kalau prasangka itu mungkin lahir dari bagian sifat Sancho yang ada pada diri Soa. Sehingga perempuan itu bisa menerka kelicikan orang di sekitarnya.
“Tidak, Soa. Bukan itu maksudku.” Arandra berusaha tetap tenang. Sesungguhnya ia memang ingin mengiyakan apa yang Soa katakan tepat di depan hidungnya agar Soa bisa merasakan sakitnya. Namun Arandra paham jika emosinya bisa saja membuat semua rencana gagal dan Soa dapat memilih pulang ke alam akhir.
“Lalu kenapa kau tidak melakukannya?” wajah Soa mulai tampak sedih.
“Itu karena... aku menyadari kalau sesungguhnya aku mencintaimu.”
Soa terkejut sangat oleh pengakuan Arandra. “Apa katamu?! Bukankah...?”
“Ya, Soa. Maafkan kekeliruanku. Kau benar, seharusnya aku memandangmu sebagai Soa, bukan sebagai Sancho lagi.”
Wajah Soa tampak jelas menunjukkan kebingungan. “Tapi Arandra, jika kau memang menganggapku hanya sebagai Soa. Lantas kenapa kau tidak membantuku memecahkan batu itu? Tapi kau justru membiarkan aku mati di tangan mereka.”
“Itu sengaja aku lakukan agar aku bisa selamanya bersamamu.”
“Apa maksudmu?”
“Hanya dengan menjadikan wujudmu sama sepertikulah, Soa. Kita bisa selamanya bersama. Sekarang ikutlah denganku untuk tinggal di Grazian.”
“Kau gila, Arandra! Apa kau melupakan keinginanmu untuk bebas?!”
“Persetan dengan itu semua! Yang aku inginkan hanyalah dirimu!”
“Dengan menjadikanku budak Grazian sepertimu?!”
“Justru kau akan memperoleh tempat yang lebih baik, Soa! Kau berdarah Jorell, kau akan memperoleh posisi mulia di sana. Tidak ada yang berani memperbudakmu. Raja juga sudah melepaskanku dari hukuman, kita hanya perlu mengikuti aturan dan setelahnya kita hidup berbahagia selamanya.”
“Tapi Arandra...”
“Apakah cintamu untukku sudah musnah?”
Soa menggeleng cepat. “Tidak! Sama sekali tidak berubah.”
“Itu bagus! Kalau begitu ikutlah bersamaku. Kau lihat lubang hitam di sana?” Arandra menunjuk pada sebuah lubang di kejauhan.