“Apa yang sedang kau tulis?” Arandra datang mengejutkan Soa.
Soa yang semula terduduk asyik menulis di salah satu gazebo taman Grazian, langsung menggunakan kekuatan sihirnya untuk melenyapkan catatan itu.
“Hanya coretan-coretan kecil. Kukira setelah aku menjadi bagian dari Grazian, aku tidak memiliki hasrat lagi untuk menulis. Tapi ternyata, ya... seperti yang kau lihat barusan.”
Arandra tersenyum tipis. Lalu semakin mendekati Soa mengambil duduk di sampingnya. “Jika kau bukan cucu kesayangan Raja, tentu kau akan sangat cocok di tempatkan bersamaku di golongan Ohana.”
“Kenapa? Agar ide kreatifku bisa membantu budak baru untuk sukses? Aku tidak ingin itu, aku hanya ingin memimpin sebagian kekuasaan Raja, sekaligus mendampingimu.”
Arandra tertawa kecil. Lalu membelai lembut rambut Soa. “Terima kasih, Soa. Posisimu akan jauh lebih tinggi dariku, tetapi rasamu terhadapku tidaklah berubah.”
Soa mendekatkan bibirnya ke telinga Arandra. Lantas ia pun berbisik, “Karena sebetulnya memang kaulah tujuan utamaku mau bergabung dengan Grazian.”
Seketika Arandra tertawa mendengarnya.
“Baiklah, ke mana sekarang kita akan berjalan-jalan?” tanya Arandra setelah puas tertawa.
“Tugasmu sudah selesai?”
Arandra mengangguk. “Tidak banyak. Karena itu aku bisa menemuimu secepat ini.”
“Siapa calon budak baru itu?”
“Seorang pria berusia 40 tahun dan baru saja mengalami kebangkrutan.”
“Waw! Itu sasaran yang empuk. Aku ingin melihat wajah kesukarannya.”
Arandra memicingkan mata. “Kau terlihat semakin menikmati kejahatan.”
“Yeah! Apa aku sudah cocok menjadi wakil Raja dalam perluasan kekuasaannya?”
Arandra tertegun sesaat menatap Soa. Dalam pikirnya ia mulai menemukan jati diri Sancho ada pada wanita itu. Muak rasa hatinya tiba-tiba, mendapati sosok itu mulai menampakkan sifat aslinya.