Selly tampak mencuri-curi perhatian kepada Soa. Di depan jeruji yang dibuat dari kekuatan sihir itu, ia lihat Soa sedang mengamati penuh seorang wanita di dalamnya. Seorang wanita yang terlihat kacau. Kulitnya hangus, rambutnya menjuntai tidak beraturan, dan kantung matanya celung. Meringkuk di pojok ruang, hanya melamun seperti orang yang kehilangan kesadaran.
Tidak ada rasa iba yang Selly tangkap di mata Soa. Wanita di sampingnya justru terkesan angkuh. Ia berdiri bersilang tangan dengan mengangkat wajah. Bibirnya sedikit tersungging meremehkan, sorot matanya seakan memandang sampah yang menjijikkan. Selly tidak menyangka, Soa bisa begitu puas melihat sosok yang dulu menjadi kakak di dalam kehidupan manusianya.
“Di mana Edzard?” tanya Soa kepada Thomas, yang bertindak sebagai wakil pimpinan keamanan di rumah tahanan Grazian.
“Ada di ruangan lain.”
“Kondisinya sama?”
“Ia bahkan lebih parah, Tuan Putri.”
“Itu bagus! Siapa hendak lari dari tempat ini memang pantas mendapatkannya.”
“Tuan Putri ingin saya menambah hukuman untuk mereka?”
“SOAAAAAAAA!!!” belum satu kata pun terlontar sebagai jawaban, Soa sudah dikagetkan oleh teriakan Gensi. Ia yang sadar adiknya datang merangkak cepat memohon ampunan. “Tolong bebaskan aku, Soa!!! Aku mohon padamu, aku mohon!!!” terdengar Gensi merintih. “Aku tidak kuat lagi! Aku ingin keluar dari tempat ini, tolong aku Soa...!!!” namun Gensi tidak bisa semakin mendekati adiknya. Karena di kaki wanita itu terdapat rantai yang membelenggu.
Bukannya kasihan, Soa justru malah berkata pada Thomas, “Aku ingin menambah hukuman untuknya, Thomas.” ujarnya mengejutkan Selly. “Tetapi setelah aku sah menjadi wakil Raja.”
“Baik, Tuan Puteri.”
Tanpa peduli pada permohonan Gensi, Soa pun pergi meninggalkan rumah tahanan itu.
Selly yang mengikuti Soa dari belakang masih tidak habis pikir, kalau Soa bisa lebih keji dari yang ia perkirakan. “Dia memang cocok untuk mendampingi Raja. Jadi benar yang Thomas katakan. Tuan putri ini tidak semanis yang terlihat,” begitu ujaran hatinya.
Setelah mereka keluar dari rumah tahanan.
“Kenapa... kau bisa berlaku begitu pada kakakmu?” Selly bertanya karena rasa penasaran masih saja mengganggu batinnya.
“Maksudmu?”