Di pesisir pantai. Soa dan Selly mengambil wujud manusia seraya berjalan-jalan menikmati deburan ombak.
“Sudah berapa lama kau menyukai Omer, Selly?”
Selly lagi-lagi jengah dengan kesalahan Soa. “Sudah sangat lama. Aku lupa tepatnya,” terpaksa Selly asal menjawab.
“Oh! Begitu. Kau tahu tidak, aku sempat salah mengira padamu. Kupikir kau dan Arandra memiliki hubungan istimewa di belakangku.”
“Apa!” Selly menghentikan langkahnya disusul oleh Soa.
“Ya. Aku pernah memergoki kalian keluar dari tempat yang sama. Ternyata Arandra cerita padaku kalau kau baru saja mencurahkan perasaanmu tentang Omer.” Soa senyum-senyum sendiri mengingat kesalahpahaman yang ia maksud.
Selly termenung sejenak. Kini ia memahami apa yang membuat Arandra mengarang bebas begitu. Ia juga ingat tempat apa yang Soa maksud dan kapan kejadian itu berlangsung, karena ia pun sempat melihat Arandra yang keluar aula lebih dulu darinya merangkul wanita itu.
Saat itu Selly memang sedang berdua dengan Arandra di aula untuk melepas kerinduannya.
Ya! semenjak Arandra menerima cinta Selly, gadis itu harus rela menyembunyikan hubungan mereka sementara waktu dari siapa pun. Arandra sudah memiliki rencana besar, dan tentu saja itu berpengaruh terhadap hubungan mereka.
“Tapi untunglah itu hanya kesalahpahaman,” lanjut Soa kembali mengambil fokus Selly dari lamunannya. “Karena jika itu terjadi...” senyum itu pudar, sorot mata Soa berubah menyiratkan ancaman. “Tentu aku tidak akan membiarkanmu, Selly.”
Dahi Selly mengerut mencoba mencari maksud di balik kalimat itu.
“Kau tahu kan, kalau aku sangat mencintai Arandra. Bahkan aku rela diangkat menjadi perwakilan Raja asalkan aku tetap bisa bersamanya. Jadi..., jika ada gadis lain yang mencoba merebut Arandra dariku, aku tidak akan segan-segan menggunakan kekuasaanku untuk membelenggunya di ruang tahanan.”