“Bagaimana perasanmu? Hari peresmianmu sebagai wakil Raja sudah semakin dekat.”
“Sejujurnya aku sangat tegang, Omer. Andai saja Arandra selalu bisa menemaniku, tapi nyatanya ia sibuk bekerja. Temanku Selly juga sama sibuknya.”
“Jadi kau keberatan jika hanya pria tua ini yang menemani?”
Soa tertawa seketika. Tawanya membuat Omer terpukau. Kecantikan wanita di depannya seakan mampu menyihir kesadaran pria itu. Jauh lebih indah dari taman Grazian yang mengelilingi mereka sekarang.
“Maaf jika aku menyinggungmu, Omer,” lanjut Soa membuat keterpanaan Omer padanya terjeda. “Mungkin ini karena aku masih agak canggung terhadapmu. Kau dan aku tidak banyak bicara sebelumnya. Tetapi sekarang setelah kau berhasil membuatku tertawa, sepertinya kita akan menjadi sahabat yang baik.”
“Benarkah? Jadi aku akan bersahabat dengan Tuan Putri?”
“Jangan pernah berubah untuk tetap memanggilku Soa, Omer. Kau teman yang baik, pantas saja Arandra sangat dekat denganmu.”
Omer merasa tersanjung dengan pujian itu.
“Harusnya kau yang menjadi wakil Raja untuk perluasan wilayah Grazian.”
“Hah? Kenapa kau berpikir begitu?”
“Raja pernah bilang padaku, kau adalah golongan Daedalus yang paling cerdik. Kau paling ahli dalam mempengaruhi.”
“Raja berkata begitu?”
“Ya, begitulah yang aku dengar. Dan sepertinya aku mulai percaya padanya. Karena barusan aku merasakan sendiri, kau berhasil membuatku tertawa keras. Padahal aku sedang merasa gundah karena Arandra.”
Omer tersipu-sipu mendengar pujian yang ditujukan untuknya.
“Jika kau menjadi perwakilan Raja, pasti kau pandai membuat rakyatmu merasa senang di tengah pekerjaan yang menekan. Kau akan menjadi pemimpin yang bijaksana, Omer.”
“A – aku? Ma – mana mungkin, Soa. Aku rasa aku tidak akan pantas. Kau yang tetap lebih pantas karena kau berdarah Jorell.”