Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #198

Peresmian | 198

Peresmian pengangkatan Soa sebagai wakil Raja Osbert siap di gelar. Semua rakyat Grazian sudah berkumpul di depan istana. Tak lupa para petinggi-petinggi Grazian yang mewakili golongannya masing-masing, berdiri di sebuah area khusus bersiap menyimak bersama pidato sang raja. Golongan Luis pun turut serta berjaga di setiap titik area.

Di sisi lain, Selly masih enggan pergi dari depan jeruji yang mengurung Arandra. Entah sudah berapa lama ia hanya menangis dan meminta maaf saja melihat orang yang ia cinta tak berdaya begitu.

“Maafkan aku, Arandra. Seharusnya aku lebih bisa menguasai diriku waktu itu. Sehingga kau tidak menderita seperti ini,” Sally terus saja menyesali perbuatannya. “Aku terlalu mendengar kata-kata Soa untuk mempertahankan cintaku. Dia membuatku lupa atas keselamatanmu.

“Aku keliru. Aku sudah bersikap tidak peduli pada rencanamu, karena yang kusadari saat itu sejatinya adalah aku hanya ingin kau, bukan kebebasan dari Grazian.

"Hari pernikahan itu membuatku takut, kalau kau akan mengkhianatiku. Kau tidak akan kembali padaku sekalipun kau sudah mendapatkan yang kau inginkan. Maaf kan aku, Arandra... hiks!

“Kumohon jawab aku Arandra. Aku sudah berkali-kali memberimu penjelasan, kumohon jawab aku... hiks!”

“Sudahlah, Selly! Mau sampai kapan kau menangis dan meminta maaf? Arandra tetap saja tidak akan meresponsmu!” ujar Thomas mematahkan harapan Selly. “Kau sudah melihatnya sendiri sekarang, dia hanyalah pria egois! Dia penuh kesombongan! Bahkan sekalipun kondisinya sudah seperti anjing sakit begitu!”

Selly semakin merasa sedih mendengar ucapan Thomas. Ia bimbang, haruskah ia menyerah memohon ampunan Arandra? Haruskah tangisan tak berair mata itu tidak lagi menjadi isyarat dari permohonan maafnya, melainkan menjadi tangisan menerima putusnya hubungan mereka?

“Lekaslah kau kembali Sally, sebentar lagi acara peresmian dimulai. Aku tidak ingin terkena masalah jika kau masih di sini.”

Selly tertunduk lesu. Ia tahu ucapan terakhir Thomas benar. Ia pun melangkah pergi dengan wajah yang sesekali masih menoleh kepada Arandra. Pria di dalam jeruji itu tetap saja terkapar, tidak berkutik walau Selly terlihat jelas perlahan berlalu. 

Lihat selengkapnya