Langit hitam pekat yang menaungi tiba-tiba saja tampak terbelah. Dari celahnya tampak semburat cahaya menarik mata para jiwa.
Mereka terpaku, bagaimana bisa sebuah cahaya asing menembus gumpalan hitam buatan tangan berkuasa. Cahaya yang begitu terang, mengalahkan lampu-lampu yang sebelumnya banyak menggantung di awan kelam. Tidak pernah mereka dapati cahaya seperti itu selama mereka tinggal di Grazian.
Langit itu membelah semakin luas. Dari dalamnya keluarlah rupa-rupa bersinar lain. Tampak lebih pekat, membentuk bola-bola bercahaya putih. Satu persatu turun dengan begitu lembut, jatuh bagaikan butiran salju di musim dingin.
“Oliver, cahaya-cahaya apakah itu?” Pertanyaan Alton mewakili seluruh para jiwa. Bertanya-tanya tentang sesuatu yang asing datang, namun begitu menarik di atas mereka.
“A – aku tak tahu, Alton. Tapi ibuku pernah berkata, malaikat memiliki cahaya yang lebih terang dari bintang.”
“Apakah itu malaikat?”
“Aku tidak tahu. Jika itu dia, aku akan minta ikut saja.”
“Jangan bermimpi, Oliver. Setan penggoda seperti kita tidak pantas mereka tolong. Paling-paling mereka mengeluarkan kita dari sini hanya untuk dimasukkan ke api neraka.”
“Neraka?”
Osbert di tempatnya memperhatikan benda yang mirip salju namun bercahaya itu. Wajahnya terpasang kebingungan, bertanya-tanya cahaya apakah di atas sana? Apakah para musuh yang memiliki kekuatan lebih besar sedang mencoba mengepungnya? Ia mulai merasa panik. “Atau mereka...?” mata Osbert terbelalak tiba-tiba. Prasangka lain hinggap di hatinya mengganti dugaan lama. “Apakah mereka – malaikat-malaikat itu?”
Osbert berusaha keras berdiri. Kepanikannya membuatnya lupa pada rasa sakitnya. Ia pun berjalan terseok-seok, mendekati begitu banyaknya salju bercahaya itu.
Hanya butuh beberapa langkah, Osbert mendapati salah satunya turun tepat di hadapannya. Lalu sesaat kemudian, gumpalan cahaya itu berubah membesar, perlahan menampakkan wujud aslinya yang indah, gagah, dan bersayap.
“Kau?!” Osbert terbelalak. wajahnya terlihat betul-betul tidak menyangka. “Ya – Yang Mulia?!”