Osbert tercengang, tapi ia masih saja tidak mau percaya. Lagi-lagi ia mencoba mengerahkan kekuatannya, namun lagi-lagi juga ia gagal. Kekuatannya sudah seperti api lilin yang tertiup angin.
“Tidak! Tidak mungkin!” Osbert menggeleng tak percaya.
“Tidak ada yang tidak mungkin, jika Yang Maha Kuasa sudah berkehendak, Osbert.”
Osbert membeku di tempatnya. Ucapan terakhir Yang Mulia menusuk di hatinya. Sulit baginya untuk menipu dirinya sendiri, bahwa ia masih memiliki kekuatan besar. Karena nyatanya daya magis itu memang tak muncul saat ia butuh kan.
“Osbert,” Yang Mulia menyadarkan sang raja dari lamunannya. Tatapan malaikat itu pun berubah lembut. “Ayo! Pulanglah bersama kami. Kami tahu, hatimu sudah sangat lelah mengejar ambisimu.”
Terenyuh hati raja tua itu. Ia akui Yang Mulia memang benar. Ia lelah pada kekuasaan yang digenggamnya. Tetapi selama ini ia tak tahu ke mana harus menumpahkan rasa letih itu. Ia seorang diri, kesepian, dan selalu merasa tak tenang. Namun ia masih tak ingin kehilangan kerajaan yang di sayanginya ini. Kerajaan yang sudah sangat sejak lama ia bangun.
“Kerajaan ini hanya menjadi beban untukmu,” Yang Mulia kembali berkata. Mengejutkan Osbert yang baru saja memang memikirkan tentang bagaimana jika sampai kehilangan kerajaannya. “Melepaskan kerajaan ini sama dengan melepaskan bebanmu. Kau harus mampu membebaskan dirimu dari belenggu, dan memberikan kebebasan pula pada mereka untuk menemukan jalan pulang. Itu semua, untuk kebaikanmu sendiri.
“Berhentilah mengejar sesuatu yang melelahkan hatimu. Yang Kuasa amat sangat menyayangimu. Ia ingin kau bahagia, tumbuh di dalam kasih sayangnya.”
Ucapan Yang Mulia perlahan demi perlahan mampu mencairkan kebekuan hati Osbert. Ia tak kuasa lagi memberontak. Rasa lelah di hatinya seakan menariknya untuk berlutut pada langit.
Osbert kembali ingat pada masa lalunya. Dahulu kala ia adalah sosok yang penuh belas kasih. Sejak kecil ia selalu berkeinginan untuk mengabulkan harapan orang-orang yang ditekan kemalangan.
Osbert adalah sosok yang selalu bertanya kenapa Tuhan harus menciptakan kemiskinan di dunia ini? Kenapa harus ada kelaparan? Kenapa orang-orang miskin tidak punya kesempatan yang sama seperti mereka yang kaya? Hingga akhirnya ia menggunakan banyak hartanya untuk membantu mereka-mereka yang tak mampu dan tertindas, untuk bisa meraih apa yang menjadi harapan terbesar mereka.
Osbert memberi mereka makanan, pakaian, pekerjaan, pendidikan yang tinggi, dan berbagai sarana untuk mendukung cita-cita muda-mudi rakyat Denzel. Namun ternyata Osbert tidak suka jasanya di lupakan. Ia melihat mereka yang sukses justru lupa pada asal mereka. Bahkan ada banyak di antara mereka menggunakan pencapaian keberhasilannya justru untuk menindas yang lemah.
Oleh karena alasan itulah Osbert membuat sebuah klub yang bernama Jorell. Di mana anggota yang berada di dalamnya akan mendapat perlindungan dan keberhasilan, asalkan mereka mau mematuhi aturan yang ada di dalamnya pula. Hingga suatu hari Osbert menemukan kematiannya, ia tak lagi dapat terhubung ke dunia manusia. Ia sangat kecewa dengan hal itu, padahal ia masih sangat ingin memperbesar klubnya agar semakin banyak anggota yang berada di bawah naungan Jorell.
Kesedihan Osbert yang begitu lama terjadi, pada akhirnya mempertemukannya pada sebuah berita di kalangan para jiwa-jiwa yang telah mati. Bahwa ada sebuah batu yang diciptakan oleh malaikat untuk bisa menjadi penghubung dunia manusia hidup dengan manusia yang sudah mati. Bahkan batu itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Jiwa mati yang memilikinya bisa saja menjadi penguasa hanya dengan memiliki batu itu.
Tentu Osbert bahagia sekali mendengarnya. Ia pun terus mencari-cari di mana batu itu berada. Ia bahkan bersikap baik dengan para malaikat yang ia jumpai. Ya, Osbert bisa berkomunikasi dengan para malaikat. Kebaikannya di masa lalu membuat derajatnya dipandang tinggi hingga akhirnya ia bisa bergaul dengan mereka.