Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #211

Bagian yang Adil | 211

“Tuan Kalevi? Bangun Tuan. Tuan Kalevi?” Kalevi menangkap jelas suara itu. Suara pria yang ia rasa pernah ia kenal.

Kalevi membuka matanya perlahan-lahan. Langit-langit putih yang terang ia dapati di sana. Penglihatannya langsung berputar dan mencari-cari jawaban di manakah ia berada sekarang. Sakit di badannya pun mulai dapat ia rasakan.

“Syukurlah, Anda sudah sadar Tuan.”

Kalevi melirik ke kanan, memastikan siapa yang sejak tadi berbicara. 

“Daniel?” lirih Kalevi.

“Ya. Ini saya, Tuan. Saya datang bersama ayah saya. Dia menunggu di depan karena hanya satu orang yang boleh masuk di sini.”

“Rumah sakit?”

“Ya. Anda benar.”

“Bagaimana bisa aku di sini?”

“Anda tertimpa reruntuhan, Tuan. Rumah Anda roboh.” Kalevi yang terkejut lantas mencoba mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. “Tadi di saat yang hampir bersamaan, saya dan ayah saya sedang melewati rumah Tuan. Kami baru saja mengalami perjalanan dari rumah kerabat. Berharap kami tidak sengaja bisa bertemu dengan Tuan, karena tidak mungkin juga kami mampir saat malam telah sangat larut begitu.

“Namun ternyata... sampai di sana kami melihat dari kejauhan banyak pelayan berlari ke luar rumah. Saya dan ayah buru-buru turun dari mobil, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Untunglah penjaga yang sudah mengenal kami dan sama paniknya mengizinkan kami masuk, dan bersama kami melihat keadaan. Kami sama-sama mendengar ada alarm yang berbunyi.

“Sekuat tenaga kami berlari ke halaman rumah. Sampai lupa kalau saya dan Ayah membawa mobil. Lalu belum sempat kami sampai, kami melihat rumah itu roboh tak lama setelahnya. Usai suasana mulai tenang, kami mencoba mencari-cari Tuan. Karena tidak ketemu, kami yakin Tuan masih ada di dalam karena kami melihat mobil Tuan terparkir di depan. Dan benar saja, kami berhasil menemukan Tuan di tengah reruntuhan.”

Daniel yang polos tak ke pikiran kalau bisa saja membuat Kalevi yang baru sadar mumet mendengar penjelasannya yang sangat detail dan cukup panjang. Namun untunglah walau keadaan tubuh Kalevi lemah, Kalevi tetap bisa menerima cerita itu dengan baik dan berhasil mengingatkannya pada kejadian yang mengerikan tadi.

Ya. Kalevi ingat bahwa ia berhasil memecahkan batu itu di saat yang tepat. Lalu setelahnya ia berusaha menyelamatkan diri karena bangunan rumah mulai berguncang. Entah apa yang terjadi kemudian, ia tiba-tiba kesakitan karena merasa ditimpa sesuatu yang amat keras. Kemudian pandangannya gelap dan setelahnya ia berjumpa dengan Soa di tempat yang asing.

“Soa? Soa?!” Kalevi tiba-tiba saja tersadar dengan sosoknya.

“Tuan, ada apa?” Daniel ikut cemas.

“Soa?! Di mana dia?!” Kalevi berusaha bangun dari tidurnya. “Akh!” namun yang terjadi ia malah merasakan kesakitan yang sangat luar biasa di punggungnya.

“Tuan tenanglah. Saya mohon!”

Kalevi meremas lengan Daniel. “Di mana Soa, Daniel?! Di mana istriku?!”

Daniel kebingungan dengan sikap Kalevi. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi dengan ingatan pria itu.

“Daniel! Katakan padaku di mana, Soa?!”

“Tu – tuan,” Daniel terdengar berat mengatakannya. “Nyo – Nyonya Soa kan sudah meninggal. Tuan sendiri yang sudah mengantarnya ke pemakaman waktu itu.”

Ingatan Kalevi seketika tertarik lagi pada masa yang jauh lebih lama. Mengingat saat-saat di mana ia belum menghancurkan batu itu, bersedih atas kematian Soa, berjumpa malaikat, hingga baru saja ia yakin penuh bahwa ia berjumpa lagi dengan mereka untuk sebuah perpisahan yang terasa nyata.

Hanya butuh beberapa detik saja, air mata Kalevi luluh lewat kedua sudut matanya.

***

Lihat selengkapnya