Para santri dan wali santri berbondong-bondong membawa barang bawaannya menuju asrama Aisyah yang berada cukup jauh dari gedung Ar- Rasyid. Di lantai 1 asrama telah ramai para keluarga duduk di selasar lantai.
Matahari yang sebelumnya telah tinggal di kamar Bunga mempermudahnya, Mataharai mendapat kamar lantai 4 di 401, dua lantai di atas kamar Bunga.
Tampak kamar 201 sedang bersantai di tengah kerepotan adik kelasnya dari Angkatan baru yang jumlahnya lebih banyak dua kali lipat dibandingkan Angkatan kelas 12 sekarang. Bunga membantu Matahri membawa barang-barangnya ke lantai 4. Walaupun adiknya cukup menyebalkan tapi Bunga yang telah diberi amanah oleh orang tuany merasa harus bertanggung jawab perihal semua keperluan Matahri di Pondok Pesantren Modern At- Tin.
Hari ini cuaca sangat mendukung, awan abu-abu tidak terlihat sedikitpun dan angin pun tidak sekencang biasanya. Namun itu malah membuat orang-orang merasa kepanasan dan membutuhkan air dingin untuk mengatasi dahaga. Maka tak heran took satu-satunya yang ada di pondok ramai pembeli dan harus mengatri panjang, bahkan stock banyak yang kehabisan.
Di kamar 401 Bunga memilihkan ranjang dan lemari untuk Matahari. Sudah ada dua anak yang menempati kamar. Sedangkan dua orang lainnya belum terlihat batang hidungnya.
Matahari meletakkan sepatu dan sandal miliknya di rak sepatu yang berada di ruang depan kamar. Kemudian dia berjalan ke selasar kamar untuk membuang tisu bekas mengelap.
Blok A antai 4 ramai akan santri dan wali santri, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, membereskan kamar dan barang-barang milki sendiri. Semua yang Matahari temui di sepanjang blok taka ada satu pun yang ia kenal. Teman sekamarnya saja dia tidak tahu Namanya, bukannya berkenalan malah diam dan berusaha mengihindar dari keduanya.
Bunga sibuk membersihkan lemari untuk Matahri, adiknya sangat tidak pintar beres-beres sama seperti waktu pertama kali Bunga menjadi santri. Saat iru Bunga yang berusia 12 tahun sangatlah berantakan, tiap kali orang tuanya menjenguk pasti mengeluhkan kerudung bunga yang lecek dan tidak beraturan. Matahari masih kecil dan pastinya tidak tahu bagaimana kakaknya dahulu.
Salah satu dari dua santri yang sekamar dengan Matahari mengajak berkenalan, Matahari yang sedari tadi diam tersenyum tipis menyambut sapaan orang yang masih asing baginya.
“Matahri,” ucapnya memperkenalkan diri.
“Salam kenal yah, panggil aja aku Aura.” Teman baru itu sangatlah ramah.
Dari ruang tidur muncul satu orang lagi yang ikut berkenalan setelah mendnegar percakan Matahari dan Aura di ruang tengah.