Malam hari saat para santri sedang berkegiatan di Masjid, petugas keamanan membawa seorang gadis yang terlihat jangkung. Gadis itu di bawa ke kantor asrama ruang 131 gedung Aisyah. Fildzah telah berhasil di bawa kembali ke pondok setelah ditemukan sedang membeli tiket kereta di stasiun.
Fildzah sebagai santri yang telah melakukan banyak pelanggaran dari ringan sampai berat membuat para Ustadzah menindaklanjuti langsung, tidak lagi dengan kakak pengurus.
Tercatat sudah ada 10 pelanggaran dalam tiga bulan semenjak Fildzah menjadi santri. Tiga kali ketahuan bersembunyi di kamar tidak pergi ke masjid, dua kali ketahuan membawa elektronik berupa handphone, tiga kali tidak sekolah dengan berpura-pura sakit dan dua laginya adalah pelanggaran berat ialah mencuri dan kabur dari pondok. Tidak hanya mencuri jok sepeda, dia juga mencuri uang dan makanan milik teman sekamarnya.
Di pesantren ini sudah ada peraturan, jika pihak asrama merasa santrinya telah keterlaluan maka akan di adakan sidang oleh kantor pusat pondok pesantren modern At-Tin di gedung Al-Hakam. Untuk itu kasus Fildzah akan diserahkan oleh pihak pengurus Al-Hakam dan dijadwakan esok hari setelah orang tua Fildzah tiba di pondok.
****
Kahfa dan Matahari tidak mengikuti kegiatan Tahfidz di masjid, melainkan menemani Ana yang sedang di rawat. Satria dan Ratna sangat mengkhawatirkan kondisi putri semata wayangnya.
Ana yang sudah terlihat membaik dari sebelumnya, tertawa-tawa bersama Kahfa dan Matahari. Mereka membahas kejadian bunuh diri yang terjadi di gedung Ar-rasyid membuat Ana terkejut dan menertawakan dirinya sendiri telah ketakutan berlebihan pada saai itu.
Melihat putrinya tertawa bersama teman-temannya Satria dan Ratna mulai sedikit lebih tenang dibandingkan beberapa menit yang lalu.
Matahri juga menceritakan isi pikiran Kahfa siang tadi yang mengira Ana sengaja menyembunyikan pelakunya agar bisa di keluarkan dari pesantren. Semua orang terkejut saat matahari mengatakan hal itu, takutnya Ana akan mengalami syok lagi karena belum siap menyinggung masalah yang di hadapinya baru-baru ini. Tapi, ternyata Ana malah tertawa terbahak-bahak melihat kepolosan Matahari.
Rumah sehat menjadi ramai, yang biasanya sunyi sekarang suara bising mendominasi ruangan. Lagi pula tidak ada pasien lain disini, Rumah Sehat di pondok pesantren Modern At-Tin sedang sepi karena tenaga dokter yang semakin berkurang membuat para pasien juga di alihkan ke tempat dengan fasilitas yang cukup memadai.
Satria merasa bersalah kepada putrinya karena sudah terlalu keras, memaksakan Ana untuk masuk pesantren. Untuk itu menebus penyesalannya Satri menawarkan Ana untuk memilih tetap menjadi santri di pondok pesantren modern At-Tin atau dipindahkan ke sekolah lain yang di inginkan Ana.
Kahfa dan Matahari sedih mendengar ayah Ana memberikan penawaran itu, mereka takut Ana akan keluar dari pesantren dan tidak lagi bisa bermain bersama, bercerita dan menertawakan hal-hal lucu.
Ratna yang juga telah diajak diskusi oleh suaminya perihal penawaran tersebut mengerti akan kesedihan Matahari dan Kahfa apabila Ana harus meninggalkan pesantren. Namun, apa boleh buat jika terus memaksakan putrinya mungkin bisa terjadi hal yang tidak diinginkan lagi ke depannya dan akan menggangu mental anaknya yang cukup lemah.