HATI yang mengikuti hawa nafsu akan selalu berakhir pada kesia-siaan. Ibarat mengharapkan apa yang tidak ditemukan. Hanya ada kehampaan belaka. Butuh waktu lama bagi Bayu untuk menyendiri dan berpikir. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu keluarganya. Ia masih terus bergelut dalam bayang-bayang masa lalu yang kelam. Tenggelam dalam perasaan trauma.
Lalu rangkaian peristiwa bergerak dalam pikirannya. Berputar-putar dalam ingatan yang menakutkan. Saat ia terbuai oleh kesenangan yang menipu. Bayu masih ingat saat pertama kali ia diterima bekerja di sebuah perusahaan elektronik terbesar di Karawang dengan jam kerja tiga shift. Shift satu dimulai jam 8 pagi hingga pukul 4. Shift dua dimulai jam 4 sore hingga jam 12 malam. Dan shift tiga, jam 12 malam sampai jam 8 pagi. Pergantian shift diganti dua minggu sekali. Oleh karena sistem kerja yang demikian, tidak jarang Bayu mengalami gangguan tidur. Paling sulit baginya jika sudah mendapat giliran shift tiga. Itu artinya ia harus bekerja di malam hari dan tidak tidur sekejap pun karena keselamatan kerja akan terancam jika matanya terpejam sedetik saja. Temannya sudah banyak yang terkena kasus putus jari atau bahkan pergelangan tangan yang putus karena mesin telah memotongnya tanpa ampun saat lengah.
Untungnya tekanan batin selama bekerja yang penuh aturan bisa ia hadapi. Ini tidak lepas dari faktor tempat dimana ia tinggal. Bayu tinggal di rumah kakak kandungnya Sarah yang berbaik hati mau menjaga dan memperhatikan kesehatannya selama proses penyesuaian diri di tempat kerja. Kakaknya itu setia membangunkannya tepat waktu sehingga ia tidak pernah terlambat berangkat kerja. Tiga orang keponakannya yang masih kecil juga dikondisikan agar tidak menganggu tidurnya sepulang kerja. Kakak iparnya lebih perhatian lagi, ia adalah sosok yang melindungi keluarga tak terkecuali Bayu walaupun statusnya sebagai adik ipar. Segala kegiatannya tak luput dari kontrol yang ketat agar tidak kebablasan pergi kesana kemari sehingga menganggu pekerjaan.