Peter & Natasha

Steffy Hans
Chapter #4

Part 4

Lima belas tahun kemudian ...

Seorang gadis cantik sedang berjalan santai di tepi pantai sembari menikmati embusan angin yang menyejukkan. Setiap sore, gadis itu sedikit meluangkan waktunya untuk melihat sunset yang indah.

Gadis itu adalah Natasha. Kini, dia sudah berusia dua puluh satu tahun. Kesuksesannya membangun cafe dan resort di tepi Pantai Chaweng telah membuatnya menduduki peringkat pertama di Thailand sebagai pembisnis muda dan kaya.

Natasha menurunkan pandangannya. Ombak-ombak kecil berlarian membasahi kakinya seolah-olah mengajaknya bermain. Dia teringat saat masih kecil. Eddie, mendiang ayahnya sering mengajaknya dan ibunya liburan ke pantai. Natasha yang saat itu masih berusia tiga tahun sangat suka bermain kejar-kejaran di tepi pantai bersama mendiang ayahnya. Mereka akan menunggu hingga sore hari, duduk santai menikmati sunset.

Natasha mengangkat kepalanya, matanya terpejam sejenak mengingat semua kenangan indah itu. Tatapannya meratapi langit sore yang keoranyean.

Aku rindu dengan kebersamaan kita dulu, pa. Rasanya, aku ingin kembali ke masa kecil. Bisa tertawa, bermain, dan melakukan hal lainnya bersama papa. Sampai kapan pun, aku tidak akan melupakan kenangan indah kita, pa. Aku rindu papa, ucapnya lirih dalam hati.

Natasha mengusap air matanya. Saat akan berbalik arah, sudut mata Natasha menangkap siluet pria yang begitu mahir berselancar di tengah laut. Membuat dirinya terdiam dan enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Matanya terus memperhatikan bagaimana lihainya gerakan pria itu dalam menaklukkan ombak dengan papan selancarnya. Sesekali gelungan ombak besar dan tinggi menghantam tubuh kekarnya yang polos tanpa baju. Namun, pria itu mampu bertahan dan tetap berdiri di atas papan selancarnya. Pemandangan itu seolah telah menghipnotis dirinya hingga tidak menyadari Sasya, sekretaris pribadinya, memanggil namanya berulang kali.

Merasa yang dipanggil tidak mendengar sapaannya, Sasya menepuk pelan pundak Natasha sebelah kanan seraya memanggil nama atasannya lagi. "Nona Natasha."

Natasha mengerjapkan matanya. Tepukan di pundaknya membuat Natasha kembali ke alam sadarnya. Dia menoleh ke arah Sasya yang menunduk hormat sejenak kepadanya. "Ada apa, Sya?" Jemarinya bergerak singkat.

Sasya berkata dengan nada sopan dan lembut, "Maaf mengganggu Anda, Nona. Ibu Ralisha menunggu Anda di dalam cafe."

Tidak biasanya mama datang ke cafe. Ada apa ya? batinnya bertanya. Natasha mengangguk pelan, lalu berjalan menuju cafe, diikuti Sasya dari belakang.

***

Lihat selengkapnya