Peter & Natasha

Steffy Hans
Chapter #5

Part 5

Natasha sedang berdiri menghadap dinding kaca ruangannya. Dia paling suka menatap birunya lautan di sela aktivitasnya yang padat. Selain bisa menenangkan hati, juga menyegarkan pikirannya.

Cuaca siang ini cukup bersahabat. Tidak terlalu terik dan tidak terlalu mendung membuat orang-orang yang berkunjung ke Pantai Chaweng semakin ramai. Ada yang berjalan-jalan di tepi pantai, baring di atas pasir putih sambil berjemur, bermain bola voli dengan teman-teman, bermain jet ski, dan surfing di tengah lautan.

Dari sekian banyak orang yang melakukan surfing di tengah lautan, entah kenapa gerakan pria di tengah laut itu membuat Natasha terpaku melihatnya. Seperti ada ketertarikan sendiri bagi gadis bisu itu.

Sasya mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan Natasha. Namun, atasannya itu tampak tidak mendengar suara ketukan pintu.

Natasha masih berdiri terpaku di depan dinding kaca. Sasya menunduk hormat sejenak, lalu berkata. "Permisi, Nona. Maaf, menganggu waktu istirahat Nona! Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Nona."

Natasha menghela napas pelan sebelum berbalik. Lagi-lagi, pria itu berhasil membuatnya terhipnotis hingga tidak menyadari apa pun ketika dirinya melihat permainan pria itu di atas papan selancar. Jemarinya bergerak singkat bertanya pada Sasya. "Siapa?"

Sudah dua tahun, Sasya bekerja sebagai sekretaris pribadi Natasha. Tentu, selama itu pula Sasya sudah paham dan terbiasa dengan bahasa isyarat yang digunakan atasannya ketika mereka berkomunikasi.

Sasya memberitahu kepada Natasha bahwa ada beberapa klien ingin bertemu dengannya dan sedang menunggu di cafe.

Natasha mengangguk pelan, lalu berjalan keluar dari ruangannya diikuti Sasya yang berjalan di belakangnya.

***

Peter berjalan ke tepi pantai dengan membawa papan selancarnya setelah selesai surfing. Sepasang matanya tak sengaja melihat seorang wanita yang dijumpainya semalam itu sedang duduk dengan beberapa orang di sebuah cafe dekat pantai. Peter berhenti sejenak memperhatikan wajah cantiknya dari jauh. Kedua ujung bibir Peter terangkat membentuk senyuman tipis. Kecantikan alami yang dimiliki wanita itu dalam sekejap telah memikat hati Peter.

Aku harus tahu nama wanita itu. Semoga belum ada pria yang mendekatinya, ucap Peter dalam hati.

Seketika Peter mengerutkan keningnya saat wanita itu menggerak-gerakkan jemarinya di depan beberapa orang. Peter tahu gerakan apa yang dilakukan oleh jemari wanita itu. Wanita itu menggunakan bahasa isyarat sebagai pengganti suaranya.

"Ternyata, wanita itu tidak bisa bicara. Pantas saja saat aku mengajaknya berkenalan, dia tidak menyebutkan namanya. Aku harus mencari tahu tentang identitasnya lebih lanjut," gumam Peter, lalu berjalan masuk ke resort.

***

Jam berbentuk bulat yang melekat di dinding menunjukkan pukul delapan malam. Natasha bergegas merapikan berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerjanya. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir. Aktivitasnya terhenti ketika ponselnya bergetar di samping laptop. Dilihatnya, ada satu pesan singkat dari Samuel, kekasihnya.

Maaf, aku baru bisa menghubungimu. Aku masih berada di Singapura. Beberapa hari ini, aku sangat sibuk. Pekerjaanku menumpuk setiap harinya. Maaf ya, Nata! Kuharap kau bisa mengerti dengan kesibukanku sekarang.

Lihat selengkapnya