——————
"Menjadi jahat hanya akan mempersulit kebahagiaanmu sendiri."
————
"GUE rasa dia bukan orang yang buruk."
Sefia tebersit dalam lamunannya.
Ia mengingat kembali kejadian tadi siang. Kejadian yang menimbulkan banyak sekali pertanyaan dalam benaknya.
Dirga, kenapa dia sebaik itu?
Apa dia nggak sadar kalo gue justru benci banget sama dia?
Terus kenapa dia nolongin gue?
Apa jangan-jangan...
Nggak!
"Ah, nggak. Dia sengaja mau buat gue jadi orang lemah!" Sefia memotong sanggahannya. Pikirannya tak akan mudah berubah secepat itu.
Memang sangat sulit untuk mengubah jalan pikir anak satu ini. Keras kepala. Apalagi luka masa lalu itu sudah tertanam subur dalam pikirannya. Jadi tak mudah untuk menghapusnya.
"Gue harus buktiin gue bukan cewek biasa yang bisa luluh cuma karena pertolongan apalagi karena tampang gantengnya dia. Ogah!" gumam Sefia sendiri kemudian merebah dirinya di atas kasur.
Drrt...
Pesan masuk, dari Bella.
Bella
Gimana keadaan lo?
Sefia
Baik.
Bella
Alhamdulillah, gue kira aja lo mau mati tadi.
Sefia
Gue nggak mau tau, besok kita harus berhasil!
Bella
Sebenci itu lo ya? Orang udah sebaik itu sama lo, lo masih aja berniat jahat sama dia.
Sefia
Gue nggak peduli!