"Aduuh..."
Kedua cowok yang bersama Pak Hendro itu pun menganga lebar melihat tragisnya Sefia saat jatuh.
"Ngapain kalian di sana?!"
"Anu pak. Anu..." jawab Bella terbata. Lagi pula masa mau menjawab 'iya pak maaf kami sedang mencoba bolos'. Atau jawaban begini 'iya pak Sefia lagi pengen makan mangga jadi manjat deh'. Gak masuk akal.
"Anu, anu, ikut bapak sekarang!" tegas Pak Hendro meninggalkan empat anak itu di belakangnya. Ya, ada Dirga, Levin, Sefia, dan Bella.
Dirga dan Levin sedang bertugas mengawas para siswa yang berada di luar kelas. Kebetulan saja saat itu melewati halaman belakang. Ya, mungkin Sefia dan Bella memang sedang apes hari ini.
"Fi? Sorry gue nggak tau itu kalian," sahut Dirga menatap Sefia yang baru saja bangun dari jatuhnya. Ia merasa bersalah karena dirinya lah yang menyarankan Pak Hendro untuk memeriksa halaman belakang.
"Devil!" umpat Sefia melempar tatapan sinis untuk Dirga.
"Bellaa..." desis Levin merayu Bella yang mengekor.
"Jangan deket-deket ya! Najis iuww! Cowok kegenitan!"
"Pak, biar saya aja yang urus mereka," tawar Dirga. Pak Hendro berhenti sejenak menatap Dirga. Ia hanya mengangguk dan yakin pada anak itu. Setelahnya ia pergi memberi kuasa penuh untuk Dirga.
"Yaudah terserah kamu aja, bapak serahkan sama kamu," jawabnya.
"Lo nggak usah carmuk gitu deh! Gak guna tau nggak?!" cetus Sefia menarik kasar lengan Dirga setelah Pak Hendro menjauh.
"Buat apa carmuk Fi, muka si Dirga kan udah perfect gitu ngapain cari muka lagi," sanggah Levin diselingi tawa kecil.