Baru saja Berti menyendok Indomie goreng itu ke dalam piringnya, tiba-tiba saja dalam pandangannya Indomie itu adalah tumpukan cacing yang hidup dan sedang menggeliat kesana kemari.
"Aaauuu...!" Jerit Berti dan tanpa sadar melemparkan sendoknya.
"Ada apa?" Tanya Yudi kaget.
"Itu...Itu... Cacing...!"
"Mana?"
"Di atas piring...!"
Yudi melihat ke arah piring Berti tetapi dia tidak melihat apa-apa. Yang ada di atas piring hanyalah setumpuk Indomie goreng yang sudah di sendoknya dari mangkuk besar di atas meja.
Mengapa saya tidak melihatnya?
"Tidak ada apa-apa di situ...!"
"Massa...?"
"Lihatlah...!"
Berti dengan takut-takut menoleh ke arah piringnya tadi. Ternyata di sana memang tidak ada cacing yang menggeliat. Di dalam piringnya memang hanya ada Indomie goreng.
"Aneh...!' Desis Berti. "Padahal tadi jelas sekali saya melihat cacing-cacing yang hidup dan mengeliat di situ..."
"Kalau begitu, ayo kita sarapan..." Ajak Yudi.
“Tak mau lagi...!”
“Nggak apa-apa. Itu hanya halusinasi...”
"Aku sudah kehilangan selera...!"
Yudi memandang Berti dengan perasaan iba. "Kalau begitu, kamu minum saja...!"
Berti menggangguk dan meraih susunya yang ada di samping piringnya.
"Aaahhh...!" Teriak Berti kaget sekali ketika melihat air susu di dalam gelasnya merah seperti darah yang masih segar. Gelas itu terlempar dari tangannya sehingga jatuh menimpa lantai dan pecah berhamburan.
"Apa lagi...?" Tanya Yudi keheranan melihat tingkah Berti.
"Itu...Itu...Darah...!"
"Darah?” Tanya Yudi heran karena tidak melihat apa-apa. “Mana?"
"Air susu itu jadi darah...!"
Yudi melihat ke bawah. Di lihatnya gelas yang pecah berhamburan itu dan air susu yang menggenang di lantai. Tapi warnanya putih. Tidak ada darah atau warna merah.
Yang kulihat hanya air susu
"Tidak ada darah. Di lantai hanya ada air susu yang tertumpah...!" Desis Yudi.
Mendengar hal itu Berti lalu menoleh dan memang betul, di lantai hanya ada air susu yang tergenang.
"Aneh...!" Desah Berti. "Mengapa kamu tidak ada melihat perubahan apa-apa!"
"Mungkin kamu terlalu capek...!"
Di mulut Yudi bicara seperti itu, tetapi pikirannya melayang jauh. Dia jadi heran, mengapa selama Berti ada di sampingnya mereka selalu mengalami hal-hal yang ganjil?
"Entahlah. Mungkin mataku memang sedang tidak beres....!" Desis Berti lemah.
"Sebaiknya kita kembali ke mess saja...!"