Berti sangat lelah karena menempuh perjalanan naik motor tadi siang. Tapi hatinya senang bisa berpergian dengan laki-laki yang disukainya. Mereka meniti jalan tanah menuju ke desa yang terdekat dengan Base Camp mereka. Karena jalan tanah itu bukanlah jalan aspal, maka sering tanpa sengaja tubuhnya terhentak dan merapat di badan Yudi. Tapi Berti pura-pura tidak tahu. Demikian juga Yudi.
Sesungguhnya mereka berdua sama-sama menikmati perjalanan itu. Mereka berjalan bak sepasang kekasih yang memadu cinta. Karena sebenarnya mereka sudah saling jatuh cinta, tetapi sama-sama tidak berani mengungkapkannya. Sehingga tidak ada sepatah katapun yang terucapkan mengarah ke sana.
Yudi masih duduk menonton acara televisi di ruang tamu. Bagi Yudi yang biasa bekerja keras dan sering menempuh perjalanan jauh dengan bermotor, jarak satu dua jam perjalanan itu bukanlah apa-apa.
Jam baru menunjukan pukul 22.25'. Di dalam salah satu kamar mess itu Berti sudah berlayar ke pulau kapuk.
"Sialan...!" Umpat Yudi ketika layar kaca televisi Sony di depannya hanya bergaris-garis. Karena ternyata siarannya di acak. Diraihnya remote control dan memindahkan dari channel RCTI ke channel lainnya. Setelah beberapa kali memindahkan dari ke channel dan tidak ada siaran yang cocok, akhirnya Yudi memindahkannya ke CNN International.
Mata Yudi menyipit memperhatikannya, karena acaranya adalah sebuah laporan tentang perusakan hutan di Indonesia, khususnya yang terjadi di pulau Kalimantan.
"Menarik," Pikir Yudi.
Di situ disiarkan tentang penebangan hutan yang tidak terkontrol. Yudi tersenyum. Sebab apa yang dilaporkan di CNN itu belumlah seberapa dengan kenyataan yang sebenarnya. Hutan di Kalimantan betul-betul hancur. Bahkan kawasan hutan lindungpun habis di babat para pemegang HPH. Selama ini Pemerintah tidak mengetahuinya, karena aparat yang memeriksanya tidak pernah masuk sampai ke jalan-jalan blok. Juga setiap ada pemeriksaan, jalan-jalan blok curian selalu di tutup oleh pengusaha agar tidak diketahui oleh dinas Kehutanan dan kendaraan yang di pakai untuk memeriksanya dijalankan sangat cepat oleh sopir ketika melewatinya. Itu semuanya sudah di atur. Lalu ketika aparat pemeriksa itu pulang, pastilah ada amplop yang diberikan kepadanya.
Sementara Yudi asyik memirsa laporan itu, Berti yang sedang nyenyak tidur tiba-tiba di terpa oleh hawa dingin yang luar biasa. Suatu hawa dingin misterius yang membelai-belai seluruh tubuhnya.
Seperti memiliki tangan gaib saja hawa dingin itu membelai wajah Berti, sehingga membuat gadis itu menggeliat. Kemudian hawa dingin itu turun membelai lehernya. Seperti ada beberapa buah saja dan yang lainnya seperti mengelus kaki dan tangannya. Sehingga seluruh tubuh Berti tidak ada yang luput dari jamahan tangan gaib tersebut.
Kemudian tangan-tangan gaib itu melepaskan gaun malam yang di pakai oleh Berti. Melepaskan penutup dadanya dan juga melepaskan penutup tubuhnya yang paling rahasia.
Di dalam ruangan itu hanya ada sepasang mata tanpa tubuh yang berkilat-kilat memandang kemulusan tubuh Berti. Sebuah tubuh putih bersih tanpa cacat sedikitpun terpampang di depannya.
"Betul-betul masih perawan
Kedua biji mata itu tak berkedip. Akan kujamah keperawanannya. Sekalian untuk balas dendam terhadap ayahnya dan sebagai penyempurna ilmu gaibku. Aku sungguh beruntung. Malam inilah harus kudapatkan keperawanannya.
Kemudian sepasang mata itu mendekat ke arah tubuh Berti dan hawa dingin kembali menerpa tubuh telanjangnya sehingga membuat tubuh yang sudah tidak dilapisi sehelai benangpun ini menjadi terjaga.
Berti lalu mendusin dari tidurnya dan seketika saja ia berteriak kaget ketika menyadari dirinya sudah tidak memakai apa-apa.
"Aaaaaauuuuu...!" Serunya nyaring sambil mencoba meraih selimut yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuh telanjangnya.
Karena Yudi tidak membunyikan televisinya terlalu kuat dan ruangan tempat Berti tidak jauh dari ruangan tamu, maka teriakan itu terdengar sangat jelas.
Yudi kaget. Dia lalu berlari ke arah kamar Berti dan langsung menggedor pintu. “Bet, ada apa?"
Tetapi gadis itu tidak menjawab. Sehingga membuat Yudi khawatir. Maka setelah dua tiga kali menggedor tidak ada jawaban, Yudi mendobrak pintu kamar itu dan dia jadi terbelalak ketika melihat Berti duduk di sudut tempat tidurnya sambil menangis tersedu-sedu. Tubuhnya ditutupi dengan selimut dan terlihat gaun malamnya tergeletak di lantai dalam keadaan kusut.
Sewaktu Yudi berlari ke kamar Berti tadi, kedua biji mata misterius itu melayang keluar dengan menembus dinding.
"Apa yang terjadi?" Tanya Yudi penuh kekhawatiran.
"Aku...Aku tidak tahu...!"
"Lalu, kenapa gaunmu seperti itu?"
Berti menggelengkan kepalanya. "Aku juga bingung, mengapa gaunku jadi terdampar di lantai seperti itu...!"