"Kalau memang sangat rahasia, tidak perlu dikatakan!" Kata Yudi mencoba memberi jalan keluar.
"Anu." Kata Berti masih jengah. "Aku melihat orang berhubungan intim." Desisnya perlahan karena sangat malu berbicara hal demikian di depan Yudi yang seorang laki-laki. Seolah dia baru saja melepaskan sebuah beban ribuan ton. Wajahnya kemerahan karena jengah.
"Aaahh..." Seru Yudi. "Di mana?"
"Di kamar mandiku..."
Yudi terdiam. Sepertinya dia sedang berpikir keras. Tampak keningnya berkerut. "Sejak kapan kamu menglami peristiwa-persitiwa mistis seperti ini?"
"Peristiwa-peristiwa ini terjadi semenjak aku menuju ke kantor cabang perusahaan ayahku di Ketapang."
"Apakah tidak ada hubungannya dengan ayahmu?"
Berti menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu..."
"Mungkin saja ada orang yang tidak suka dengan ayahmu, atau..."
"Atau apa?" Desis Berti penasaran.
"Hanya dugaan saja." Kata Yudi.
"Dugaan apa?"
"Kamu tidak akan tersinggung?"
"Katakan saja..."
Yudi terdiam sebentar. Seperti mencari kata-kata yang tepat. "Mungkin saja ada kelakuan ayahmu yang kurang berkenan bagi masyarakat di sini..."
Berti tercekat. Hal itu bisa saja terjadi. Dan dia pernah mendengar jika black magic masyarakat di Ketapang ini cukup santer.
"Kemungkinan itu tetap ada!"
"Tapi aku tidak menuduh..."
"Aku tahu."
Keduanya lalu terdiam lagi. Malam begitu dingin. Yudi melirik jam di tangannya, menunjukan pukul 03.03 dini hari.
"Ternyata sudah hampir pagi..." Desisnya perlahan.
"Tapi aku tidak bisa tertidur lagi."
"Aku juga."
"Yudi...!"
"Ya?"