Bukan main kagetnya si Otong, karena Mandau Pusaka yang usianya sudah ribuan tahun itu bisa meleleh oleh pukulan jarak jauh Yudi. Padahal dalam alam tapanya, dikatakan tiada seorangpun yang mampu menghancurkan senjatanya ini. Kecuali oleh seorang pemuda yang berhati bersih dan masih perjaka.
Otong sangat tidak percaya jika di jaman modern ini masih ada laki-laki yang perjaka, karena kebanyakan para lelaki itu munafik. Bergaya seperti malaikat dan sok suci, padahal dia sudah biasa berhubungan badan dengan wanita, terutama dengan anak kecil dan para pelacur.
Mungkinkah ini orangnya? Keder juga hatinya. Namun karena amarah dan dendam telah berurat berakar menjadi satu, maka dia tidak perduli.
"Kurang ajar. Kamu harus mati..!" Teriaknya marah sambil melompat menerjang ke arah Yudi.
Yudi melompat ke samping sambil mengirimkan pukulan jarak jauh dengan tangan kirinya. Serangan Otong meleset tetapi pukulan jarak jauh Yudi tepat mengenai lambungnya. Untung Yudi tidak mengerahkan seluruh tenaganya, karena hati pemuda ini memang penuh cinta kasih.
Otong terpental dan jatuh terduduk. Dia memuntahkan darah segar. “Sudahlah. Lebih baik kita hentikan perkelahian gila ini. Mengapa kita tidak bisa hidup dengan damai?” Desah Yudi sambil menggelengkan kepala.
Otong tidak menjawab, tetapi sinar matanya jelas menunjukan kemarahan yang luar biasa. “Ciaaaattt...!” Tiba-tiba dia melompat ke arah Berti. Yudi kaget sekali dan diapun melompat untuk melindungi Berti. Tangannya dengan cekatan meraih Berti dan membawanya melompat ke samping. Tapi rupanya itu hanya gerak tipu dari Otong, karena begitu Yudi meraih tubuh Berti, Otong tidak melanjutkan gerakannya menyerang Berti tetapi dia malahan mengirimkan pukulan jarak jauh dengan tenaga penuh ke arah Yudi.
Pukulan yang dilancarkan dalam jarak yang begitu dekat tidak bisa dihindari oleh Yudi, sehingga mau tak mau dia menyambutnya. Tapi karena dia tidak siap dan juga tenaganya di bagi untuk mengepit Berti, maka jelas dia kalah tenaga. Tubuhnya terpental bersama Berti dan Yudi memuntahkan darah segar.
Melihat kesempatan yang baik itu Otong tidak mau menyia-nyiakannya. Dia lalu melompat lagi dengan pukulan kedua tangannya ke arah Yudi. Yudi belum bisa bangun, tetapi dia tahu bahaya yang sedang mengancamnya.
“Yudi, jangan mengalah terus. Apa kamu mau aku jadi korban laki-laki jalang ini?” Tegas Berti mengingatkan Yudi. Dia sengaja mengeluarkan kata-kata itu, karena sekarang dia yakin jika betul pemuda ini memang mencintainya.
Yudi lalu merapalkan jurus Ahpang Gaib dan ketika tubuh pemuda itu sedang meluncur ke arahnya, dia lalu mengayunkan tangannya beberapa kali. Tanpa bisa di cegah, tubuh pemuda yang sedang meluncur itu jadi terpotong-potong menjadi beberapa bagian dan jatuh berserakan di tanah.
Berti jadi menjerit kaget. Tak di sangkanya jika kedua orang yang bertempur itu memiliki ilmu-ilmu yang aneh. Berti hanya sering melihatnya di dalam film-film action dan sintron-sinetron misteri saja. Ternyata ilmu-ilmu seperti itu memang benar-benar ada.
Yudi menarik nafas lega. Karena musuh itu telah lenyap. Namun dia juga merasa menyesal. Sebab sesungguhnya dia tidak mempunyai permusuhan apa-apa dengan pemuda itu. Malahan sebenarnya pemuda itu tidak bisa juga terlalu disalahkan, sebab dia menuntut haknya yang dikangkangi oleh orang lain. Hanya saja caranya yang salah.
Tanpa Yudi sadari, potongan-potongan tubuh pemuda itu bergerak-gerak. Lalu tiba-tiba bergeser ke satu arah, yaitu ke tempat di mana kepalanya tergeletak. Kemudian tubuh itu kembali menyatu dan tak lama kemudian laki-laki itu berdiri dan menatap mereka dengan marah.
Bertilah yang pertama kali melihatnya. Dia berteriak kaget dan membuat Yudi menoleh ke arahnya. Dan pada saat itu si pemuda sudah meluncurkan sebuah pukulan jarak jauh ke arah Berti. Dari kedua tangannya meluncur pukulan warna merah darah. Laki-laki bernama Otong itu telah melancarkan pukulan andalannya, pukulan Pongumbit Hasong.
Pada saat serangan itu sudah hampir mencapai tubuh Berti, Yudi tidak punya kesempatan lagi untuk menyelamatkan gadis yang dicintainya.
Namun di saat yang begitu kritis, secara naluriah saja Yudi teringat jurus simpanannya, jurus pukulan Mahtoi Lohpung. Yaitu sebuah pukulan yang seolah menguji umur pemakainya. Sebab pukulan itu adalah mengadu jiwa dengan orang yang menyerang. Siapa yang seharusnya lebih panjang umur dan berhak hidup, maka dialah yang akan selamat. Dan karena dengan memakai ilmu ini hanya salah satunya yang bisa hidup, maka di percaya; Yang Mahakuasalah yang akan menentukannya.
Dengan sisa tenaganya Yudi mengerahkan seluruh kemampuan tenaga dalamnya dan mendorong dari jarak jauh dan memapaki serangan Pongumbit Hasong milik laki-laki itu. Dan kejadiannya hanya dalam hitungan detik.
"Blaaaarrr...!"
Kembali terdengar sebuah benturan yang dahsyat. Suaranya begitu keras dan getarannya begitu hebat sampai-sampai daun-daun kayupun berguguran. Berti terlempar sampai muntah darah oleh hebatnya benturan itu.