Yudi mengendarai Honda Tiger 2000-nya menyusuri jalan Trans-Kalimantan itu dengan tenang. Dia menikmati pemandangan alam sekitarnya.
Di kiri kanan jalan terhampar lembah yang luas menghijau. Di kejauhan tampak puncak-puncak gunung menggapai awan. Udara yang menerpa wajahnya terasa segar. Di sepanjang jalan yang dilaluinya di tanami hutan tanaman industri (HTI) oleh sebuah perusahaan pengelola HPH raksasa di Indonesia.
Yudi jadi tersenyum sendiri melihat semua yang terpampang di depannya. Betapa tidak, karena hutan yang berisi ribuan jenis tumbuhan dan satwa itu, yang mengandung jutaan kekayaan hayati, ditebangi dan di babat habis lalu di ganti dengan satu jenis tanaman saja untuk dijadikan bahan baku kertas. Itupun yang ditanaminya hanya di pinggir jalan saja.
Yudi geli sendiri melihat akal-akalan pengusaha. Mereka membabat hutan dengan dalih akan ditanami dengan tanaman untuk bahan baku kertas, tetapi yang sebenarnya adalah memanfaatkan kayu-kayu di hutan tersebut untuk bahan baku plywood. Karena kalau mereka langsung membabat hutan, maka jelas tidak akan diijinkan. Sebab kayu-kayunya masih kecil dan belum memenuhi ukuran standar penebangan. Senyum sinis Yudi semakin melebar.
Tahun tiga ribu, Kalimantan jadi salah satu gurun terbesar di dunia.
Tiba-tiba telinga Yudi yang tajam dan terlatih tiba-tiba mendengar suara-suara yang ramai sekali. Mulanya seperti suara binatang berkelahi. Tapi lama-lama Yudi bisa mengenali jika suara itu adalah suara hewan yang kegirangan kalau mendapatkan mangsa.
Yudi jadi heran, apa yang di mangsa binatang di jalur jalan yang sudah sering di lalui oleh manusia ini? Perasaan Yudi jadi tidak enak. Hatinya dag-dig-dug. Dia dapat merasakan jika sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
Yudi menaikan kecepatan motornya, 40 km perjam. Naik lagi ke 50 km. 60, 70, dan akhirnya 80 Km perjam. Ketika mendekati sebuah tikungan, Yudi menurunkan kecepatan motornya. Ternyata di balik tikungan itu dia dengan jelas bisa melihat sebuah jeep Mercy sedang berhenti dan segerombolan kera menggerumuni sesuatu, mungkin manusia pengendaranya.
Pemuda itu menepikan motornya, dengan cepat memarkirnya di pinggir jalan dan berlari ke arah kedua orang yang memerlukan pertolongan itu. Yudi tiba-tiba menjadi marah begitu melihat perangai seekor kera putih raksasa terhadap seorang gadis yang sepertinya pingsan.
“Binatang sialan!” Bentak Yudi sambil menendang kera putih raksasa itu yang sedang menyelinapkan tangannya ke balik T-shirt Berti. Hewan itu terbanting dan terguling-guling. Tapi segera bangkit kembali dan menyeringai marah. Tiba-tiba binatang itu melompat ke arah Yudi dengan beringas. Yudi mengibaskan tangannya dan kembali binatang tersebut terpental. Darah segar menetes dari mulutnya. Dia mengerang kesakitan.
Binatang itu rupanya tidak bisa jera juga. Yudipun jadi khawatir tidak sempat menolong pengendara jeep itu jika di serang terus seperti ini. Maka ketika binatang itu kembali menyerang, Yudi merendahkan tubuhnya ke samping kiri dan bersamaan dengan itu tinju kanannya melayang memapaki serangan binatang itu.
“Brraaaaakkkk...!” Terdengar suara kepala binatang itu berderak terkena hantamannya dan dia roboh ke tanah. Tidak bangun lagi. Yudi menggelengkan kepalanya, merasa sedih melihat kenekatan hewan itu. Pada saat sebelum darahnya mengenai dirinya, Yudi langsung melompat menghindari percikan darah dari tubuh binatang itu. Tinju Yudi seperti halilintar saja menyambar dan menewaskan kera putih itu dengan seketika. Ternyata kera aneh itu bukanlah apa-apa bagi pemuda ini.