Peti Mati Suruhan

Yovinus
Chapter #4

Ancaman Via Speaker Eksternal Intercom

 Yohana, salah seorang karyawan di bagian pembukuan yang sedang menginput data terheran-heran melihat pesan yang tertera di layar komputernya.

“Pada hari ini, seorang karyawan administrasi akan saya bunuh. Tertanda; Penuntut Keadilan!”

 Pesan itu tertulis di bagian bawah layar monitornya. Yohana menganggap hal ini hanyalah main-main. Mungkin ada di antara karyawan yang iseng. Karena komputer mereka memang di pasang dalam satu jaringan lokal (LAN), sehingga bisa saling mengi­rim pesan. Hanya saja pesan yang muncul kali ini agak aneh dan mengerikan. Tapi Yohana mencoba untuk tidak perduli.

 

Ada yang mencoba menakutiku.

 

Yohana meneruskan aktifitasnya. Pesan itu di anggapnya ulah orang yang sedang tidak ada kerjaan. Namun tiba-tiba tulisan di layar onitornya berubah, “Saya tahu kamu pasti menganggap ini main-main. Tapi tunggulah. Pada sore hari nanti sewaktu kalian pulang kerja, temanmu akan mengalami kematian yang mengerikan!”

Tentu saja hal ini mau tidak mau membuat Yohana bergidik. Ini sudah bukan main-main lagi. Dia berpaling kepada rekan sekerja yang duduk di kursi sebelahnya.

“Hey, Sri! Kamu ada mendapat pesan di layar monitor kamu nggak?” Tanya Yohana sambil berusaha melirik layar monitor Srikanti, kawannya.

“Pesan apa, Yo?” Desis Srikanti malah balik menanyai Yohana. Karena di layar monitornya tidak ada apa-apa selain data-data perusahaan.

“Pesan yang aneh...!”

“Aneh?” Kening Srikanti berkerut.

“Ya...! Saya mendapat pesan aneh di layar monitor saya.” “Yang benar?” Gumam Srikanti. “Mengapa di layarku tidak ada? Padahal komputer kitakan di pasang dalam satu jaringan!” “Entahlah, saya jadi bingung. Padahal di layarku ini jelas terlihat pesan aneh itu!”

“Boleh saya lihat?” Kata Srikanti sambil berdiri ke arah Yohana.

Tapi pada saat itu pesan tersebut sudah lenyap. Sehingga ketika Srikanti tiba di depan layar monitor Yohana, sudah tidak ada apa-apa lagi di sana kecuali data jurnal produksi yang sedang di inputnya.

“Mana, Yo?” Tanyan Srikanti penasaran.

“Aneh...!” Desis Yohana lemah sambil menatap monitor di depannya. “Tadi memang ada pesannya di sini. Tapi ketika kamu datang, pesannya sudah tidak ada!”

 Srikanti menatap teman sekerjanya itu. Tampak wajah Yohana sangat serius. Jadi tidak mungkin dia mempermainkan Srikanti. “Memangnya tadi itu pesan apa, Yo?”

“Pesan yang mengerikan!”

“Ya, apa?”

“Katanya hari ini akan ada yang mati di dalam pabrik ini!” “Aaahhh!” Seru Srikanti kaget. “Apa kamu tidak salah lihat?”

“Tidak!”

“Siapa yang mau di bunuh?”

“Aku tidak tahu!”

“Atau pekerjaan iseng rekan kita?”

“Mungkin juga. Tapi si penulis pesan sepertinya tahu akan yang kupikirkan.”

“Kamu memikirkan apa?”

“Kupikir ini hanya main-main!”

“Lalu...?”

“Muncul lagi sebuah tulisan...”

“Ya...?”

 Di situ tertera, “Pada sore hari sepulang kita kerja, temanku akan mengalami kematian yang mengerikan!” “Aaahhh!” Lagi-lagi Srikanti berseru kaget. Yohana dan Srikanti berdiam diri. Pesan misterius itu membuat mereka tegang.

“Jangan terlalu dipikirkan, Yo!” Nasihat Srikanti sambil meninggalkan Yohana. Dia kembali duduk di kursinya. Tapi tak urung juga perasaannya dag-dig dug.

Lihat selengkapnya