Keduanya lalu terdiam. Sering mereka beradu pandang tapi kemudian sama-sama melengos ke arah lain.
"Hhhm... Tadi kamu mengatakan mempunyai target lamanya bekerja di sini?"
"Betul, Bu...!"
“Kambuh lagi penyakitnya...” Olok Berti sambil menggoyangkan jarinya ke arah Yudi.
Yudi tersenyum. “Susah sih...” Katanya membela diri. Tapi justru senyumnya itu yang membuat Berti terpana. Senyum seorang yang baik hati.
“Katanya sudah punya target...”
“Oh ya.”
"Berapa lama?"
"Lima tahun...!"
"Berarti setahun lagi kamu akan cabut?"
"Betul Bu, eh Bet..." Jawab Yudi latah. Berti menatapnya sambil melotot tetapi kemudian tersenyum. Lalu kembali terdiam.
Ada sinar kesedihan di wajah Berti. Sebab bagaimanapun juga, dia sudah mulai menyukai pemuda ini. Dan dia takut tidak akan berjumpa lagi dengannya.
"Oh ya, apa saja pengalaman yang kamu ketahui selama ini?" Katanya mencoba menyembunyikan kekecewaannya.
"Banyak...!"
"Misalnya?"
"Misalnya, bagaimana merencanakan suatu target dan cara mencapainya. Bagaimana berdisiplin dan tekun di dalam bekerja. Bagaimana melihat suatu peluang dan cara memanfaatkan peluang itu dan lain sebagainya..."
Dia berbakat jadi pengusaha
"Apakah kamu sudah punya rencana tentang usaha apa yang akan kamu tekuni nanti?"
"Belum...!"
"Bagaimana kamu bisa yakin?"
"Karena memang banyak yang bisa dikerjakan...!"
"Kamu yakin berhasil?"
"Orang lain bisa. Maka sayapun pasti mampu...!" Jawab Yudi dengan mantap.
Berti memandang pemuda ini dengan perasaan semakin suka. Dia melihat suatu semangat yang berkobar dan keyakinan yang mantap memancar dari sinar mata Yudi. Dan hal inilah sebenarnya salah satu kunci keberhasilan seseorang di dalam berusaha.
Andaikan saja...semua orang Indonesia berpikir seperti itu, maka negara tercinta ini tidak akan terkena krisis ekonomi berkepanjangan seperti ini. Juga andai saja… pemuda ini …aaahhh. Celaka, dia semakin tertarik pada pemuda ini.
"Oh ya. Aku memanggilmu ke sini, ingin meminta bantuanmu." Desis Berti perlahan sambil menatap tajam Yudi.
"Sekiranya saya mampu..."
"Saya yakin kamu bisa melakukannya..."
"Ibu begitu yakin?"
"Ibu lagi. Betty..."
"Ya, Bet."
"Karena menurut hematku, hanya kamu yang bisa melakukannya..."
Yudi termenung sejenak. Mencoba menebak ke mana arah pembicaraan gadis dewan direksi yang manis ini.
"Kamu sudah bisa menebak?"