Namanya adalah Sania Permata Virgo, lahir di bulan September, dengan arti nama Permata penuh Pesona Kecantikan. Anak pertama yang menjadi tombak teratas. Si dinding paling tebal penahan beban. Sania merupakan kakak perempuan Fardan Noorbintang. Lebih tepatnya kakak kandung satu-satunya yang hidup berbayang di antara kebahagiaan dan kesedihan.
Sosok perempuan yang diharuskan selalu kuat oleh keadaan. Tidak boleh terlihat lemah apa lagi berputus asa seperti perempuan-perempuan lain kebanyakan. Sania merupakan harapan pertama, sekaligus harapan terbesar ibu untuk membimbing keluarga mereka ke arah lebih layak.
Sania tumbuh besar menjadi punggung cadangan keluarga. Setelah tamat SMK jurusan Tata Busana, ia memilih untuk bekerja sebagai fashion designer di salah satu toko butik kecil. Sania pandai dalam hal merancang. Sedari kecil ia menyukai seni menjahit dan menggambarkan imajinasinya dalam balutan sketsa pakaian.
Salah satu mimpi terbesarnya ialah rancangannya dapat dikenal oleh masyarakat luas, dikenakan oleh para selebriti, atau dapat memenangkan beberapa kompetisi. Namun, sayangnya mimpi itu sudah terlebih dahulu kandas, sebab faktor kekurangan dana.
"Ibu, Sania nggak mau melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Sania ingin langsung bekerja aja." Sania berucap setelah pengumuman lulus didapatkannya.
"Fardan, dengarin Kakak, kamu harus belajar sungguh-sungguh agar bisa masuk Perguruan Negeri. Kakak nggak papa, nggak melanjutkan pendidikan, tetapi, pendidikanmu harus lebih tinggi." Dia bahkan berucap bijak untuk adik laki-lakinya.
Sania tidak melanjutkan kuliah S-1 demi membantu sisa-sisa ketidakmampuan ibu membayar sekolah Fardan, membayar tagihan listrik, kontrakan, juga kebutuhan makan sehari-hari. Dialah pemilik punggung terkuat sesudah ibu.
***
"Lelaki bajingan itu bilang apa?" Wajah Fardan terliput kebencian. Setengah mati Fardan berusaha menahan segala letupan emosi. Namun, hal itu tak menunjukkan balasan yang berarti dari Sania.
Fardan pun kembali menggertak, "Kak!"
Sejujurnya tak perlu orang jenius untuk tahu betapa Sania saat ini sedang berada pada puncak teratas ketidakmampuannya untuk tetap bertahan. Air mata menjadi salah satu bukti. Kelopak mata membengkak serta wajah kekecewaan tampak jelas.