Petualang Malam Kenanga

Mita MuCan
Chapter #1

#Salam Alam Semesta

Sekarang adalah hari libur sekolah, seperti biasa aku pulang kampung ke rumah kakekku. Hari dimana segalanya akan benar-benar berubah.

Hari itu aku akan membeli sayuran di pasar, jarak pasar dengan rumah kakek lumayan jauh sehingga harus melewati hutan.

" Hati-hati ya, Cu. "

Pesan kakekku dengan suaranya yang khas seperti orang paruh baya.

" Iya kek, tenang aja!! Sudah biasa aku ke pasar ketika disini!!, "

Jawabku agar membuat kakekku lebih tenang.

" Ya, hati-hatilah!!, "

Lanjut Kakekku yang masih memperingatiku.

Entah mengapa kakek menjadi sangat protektif, dirinya tak pernah mengulangi perkataannya itu sebanyak dua kali.

" Sebentar, kek. "

Kataku sambil masuk ke dalam rumah kakek yang hanya terbuat dari bambu.

Akhirnya aku memasukkan senjataku ini ke dalam selendang yang aku kenakan.

" Kenapa, Cu?, "

Tanya kakek keheranan melihat tingkahku.

" Tak ada kek, sudahlah aku pasti baik-baik saja!! Duluan ya, kek!!, "

Kataku sambil mengayunkan tangan sebagai tanda perpisahan.

Tanpa ku sadari kakek tersenyum kecil padaku. Memang dari semua cucunya hanya akulah yang sering kemari untuk merawatnya. Ketika libur sekolah aku akan pergi ke sini bersama ayahku.

Aku pun berjalan melewati hutan dengan pohon-pohon yang kelewat besar dan teduh. Udara disini cukup sejuk karena kerindangan pohon itu. Aku berjalan seperti biasa tanpa merasa ada sesuatu yang menggangguku.

Hingga aku berhenti melangkah ketika menyadari di belakangku banyak hewan yang mengikutiku. Aku bergidik ngeri, pasalnya hewan ini ada yang buas dan ada juga yang bentuknya sedikit mengerikan.

Aku dengan cepat berlari sekuat tenanga. Menutup mata tanpa melihat ke depan ada apa.

Bruk...

Suara tubuhku yang kesandung batang pohon yang tumbang.

Badanku terlungkap di tanah yang lumayan becek. Kakiku terasa nyeri karena kejadian barusan dan ku rasa ada luka disana. Susah payah aku bangun dan duduk, benar saja kakiku mengeluarkan banyak darah. Rasa perih hadir membuatku meringis kesakitan.

" Akhh, sial!!, "

Batinku karena tak berani mengumpat di tempat seperti ini.

Aku mencoba menyobek kain selendangku dan menggunakannya untuk membalut lukaku. Warna kain yang semulanya kuning itu berubah menjadi merah darah. Tanganku berpegang pada batang pohon untuk bangkit dari dudukku.

Rasa perih menyerangku membuatku meringis. Aku ingin balik pulang saja ke rumah kakek, sayangnya aku tak mau bertemu dengan segerombolan hewan-hewan itu. Beruntung mereka tak mengikutiku lagi.

Tanpa ku sadari lagi darah yang mengalir di tanah itu secara cepat dibserap oleh tanah. Tanpa sepengetahuanku juga darah pada lukaku terbuai menjadi seperti kunang-kunang dan meninggalkan kulit mulus seperti semula.

Aku berjalan berpegang pada batang pohon satu dengan lainnya. Entah mengapa rasa sakit itu sudah semakin berkurang. Pandanganku lurus ke depan berharap seseorang datang untuk menolongku. Harapan itu pun terkabul.

Seorang pria mengenakan pakaian serba hitam dengan jaket yang menutupi wajah dan tubuhnya melewatiku. Meski tampak misterius, aku tak terlalu peduli. Kini aku hanya ingin kembali ke rumah kakek saja. Hari ini juga sudah cukup sial untukku.

" Mas, permisi!!, "

Panggilku padanya dengan suara agak keras agar dia mendengar.

Benar saja pia itu datang ke arahku. Mataku sudah berbinar begitu cerah, setidaknya ada yang mau membantuku. Senyum terukir di bibirku. Kedatangannya bagaikan sebuah kemenangan setelah perang yang begitu panjang.

Pria itu kini tepat berdiri di depanku. Dirinya tak berbicara bahkan langkah kakinya pun tak terdengar. Suara hembusan napasnya pun belum bisa ku dengar jelas. Dirinya yang mencurigakan membuatku sedikit waspada dengannya.

" Anu mas, bisa tolong saya?? Rumah saya tak jauh dari sini!!, "

Lihat selengkapnya