Petualangan Cho-Cho dan Sepeda Ajaib

Alisya Yuke Pradinta
Chapter #1

PROLOG

Aku rindu Ibu...

Aku rindu Ibu...

Aku rindu Ibu…

Ibu… Ibu dimana?

Aku ingin mencari Ibu.

Ibu… Ibu…

Kring! Kring!

Dering alarm membuyarkan tidur lelapnya, ia terbangun dengan keringat membasahi dahi dan degup jantung yang berdetak sangat cepat, kepalanya terasa pening dan pengelihatannya belum begitu jelas.

Matahari menyingsing dari balik teras tenda, masuk ke dalam pori-pori menghangatkan tubuhnya. Kini matanya sudah bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekeliling. Langit biru, tanah becek, jajaran tenda, orang berlalu-lalang sibuk membawa ini dan itu, anak kecil berlari kesana-kemari, juga para ibu yang tengah bergosip di depan wajan dan tungku. Pagi yang sibuk.

“Tolong kamu sortir barang yang baru datang, pisahkan makanan pokok dan ringan. Taruh baju hangat di satu kardus dan kasih ke tenda kuning di depan. Oh, ya! Bilang sama perempuan berambut keriting, namanya Rachel, kalau satu jam lagi ada bantuan yang datang dari Timur, suruh dia cepat-cepat membereskan barang di tenda.” Seorang wanita tinggi nan gagah sudah sibuk wara-wiri sedari subuh. Dilihat dari penampakan dan kantung matanya, dia belum tidur semalaman.

“Loh? Sudah bangun? Bagaimana badannya? Sudah baikan?” ucapnya pada seorang remaja yang baru saja melek dan mematung di teras tenda.

Mulutnya menguap membentuk huruf ‘O’. “Sudah. Makasih ya, Kak, kemarin sudah dibantu.”

 “Ya jelas dibantu, lah! Masa aku biarin kamu mengangkat semuanya sendiri.”

Remaja itu mengangguk.

“Oh, ya! Waktu kamu sortir barang kemarin Kakak nemu sepeda.”

“Sepeda?”

“Iya. Ada namamu disana, jadi kusimpan. Kemarin Kakak mau langsung kasih ke kamu, tapi kamu sudah enggak ada.”

“Namaku?” ia melongo.

“Iya. Ya sudah, Kakak pergi dulu, ya! Banyak yang harus diurus. Kamu cepat mandi dan sarapan lalu menyusul ke tenda utama. Kalau mau ambil sepeda ada di tenda kuning sama Kak Rachel.”

“Iya, Kak El. Makasih.”

Sepeda? Aku tidak pernah merasa punya sepeda?”, batinnya.

***

Usai menyegarkan badan dan mengenyangkan perut, ia cepat-cepat berlari menuju tenda kuning, seperti ucap Elis.

“Kak Chel!”

“Ya?” Seorang gadis berambut keriting itu tengah sibuk dengan kertas dan pulpen.

Lihat selengkapnya