Ira, perempuan berparas elok itu adalah anak tunggal dari seorang abdi negara. Semua orang setuju bila ia dinobatkan menjadi perempuan paling sempurna, mahakarya Kota Lawuni, salah satu kota dagang di wilayah timur. Rambut hitam panjang, mata cokelat yang semakin terang saat terkena sinar, hidung mancung, dan bibirnya yang tipis nan merah itu mampu membuat banyak orang tersihir olehnya. Walau kulitnya cokelat matang, Ira selalu nampak pantas nan elegan dengan pakaian apa pun, tubuhnya yang tinggi menjadi salah satu nilai yang paling menonjol di antara perempuan lainnya. Hampir setiap hari ada laki-laki yang datang ke rumahnya demi memberikan sepucuk surat, walau itu tak pernah sampai ke tangan Ira karena si ayah yang terkenal mengerikan.
Ayahnya adalah seorang tentara berpangkat tinggi dengan banyak prestasi dan penghargaan, membuatnya menjadi salah satu orang paling disegani di kota. Kapten Alan, begitu banyak orang memanggil beliau. Orangnya memang tinggi besar, wajahnya juga tegas dan matanya seperti mata elang, tajam sekali. Bola mata cokelat terang Ira menurun dari ayahnya. Mungkin itulah yang membuat banyak lelaki mundur untuk mendekati Ira. Tanpa senjata pun mereka sudah serasa dihunus benda yang sangat runcing nan tajam. Ditambah, ada rumor yang mengatakan bahwa dirinya pernah selamat bertahan hidup di hutan selama lebih dari tiga tahun.
“Dia itu sudah bersekutu dengan makhluk yang ada di hutan.”
“Dia sudah bukan manusia biasa.”
“Kapten Alan itu benar-benar ngeri. Katanya dia membunuh kawanan serigala di hutan dan menjadikannya makanan untuk bertahan hidup.”
Dan banyak rumor lainnya yang membuatnya tampak seperti monster. Semua rumor itu bisa ditolerir olehnya, namun tidak dengan satu rumor ini…
“Ira itu bukan anaknya!”
Kalimat itu keluar dari mulut bukan tanpa alasan. Bagaimana tidak? Alan yang menghilang bahkan sudah dinyatakan tewas tiba-tiba kembali membawa balita yang diakui sebagai anaknya. Seorang tentara bujangan yang sama sekali tidak tertarik pada seorang wanita mendadak punya anak? Hal itu sempat menjadi topik panas di seluruh penjuru kota. Pihak keluarga Jan Amerta pun tak angkat bicara mengenai hal ini. Mereka memilih bungkam walau masalah ini sempat menimbulkan perdebatan di kalangan investor maupun mitra bisnis keluarga.
Satu kalimat itu pernah membuat Alan ngamuk dan mengancam si pembuat rumor, mengatakan akan membuat mulutnya membusuk dan tidak akan pernah bisa kering. Oh, ancaman itu bukan sekadar bualan. Alan bukan tipe orang yang suka basa-basi apalagi omong kosong. Jika dia sudah mengatakan akan membuat mulut A busuk, maka itu akan busuk. Kembali dari hutan membuat Alan menjadi berkali lipat lebih ganas dibanding dulu. Watak kakunya dan sifatnya yang ogah bersosialisasi semakin menjadi-jadi. Tak kuat bersandingan dengan rasa takut, si pembuat rumor akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan kota. Setelah kejadian itu, tak ada lagi mulut yang berani mengeluarkan kalimat itu, dan rumor perlahan menghilang seiring bertumbuhnya Ira menjadi seorang gadis cantik yang dipuja-puja di Lawuni. Rupanya yang mirip dengan ayahnya juga menjadi jawaban bahwa Ira memang anak Alan Jan Amerta.