Petualangan Cho-Cho dan Sepeda Ajaib

Alisya Yuke Pradinta
Chapter #7

GOA TATARAH

Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Aku belum bisa mencerna semuanya. Rasanya seperti mimpi! Mimpi yang sangat ajaib dan tidak masuk akal! Sampai sekarang aku masih merasa bahwa diriku ada di dalam alam mimpi. Namun, rasa sakit di tubuhku sudah menjadi bukti bahwa aku tidak sedang bermimpi. Jantungku juga masih berdegup, aku masih bisa mencium aroma, menyentuh Rev, lidahku masih bisa merasakan lumpur di mulut.

Tapi tetap saja, aku masih belum bisa menerima dengan jelas soal Rev yang bisa bicara dan segala ocehannya tentang Ibu membuatku tambah bingung. Bohong kalau aku bilang tidak takut melihat sepeda yang bisa bicara–yang membawaku ke tempat-tempat misterius. Tapi bohong juga bila aku bilang tidak menaruh harapan pada Rev. Aku gila! Aku benar-benar gila! Segala hal mustahil ini benar-benar mendoktrin diriku tentang pikiran bahwa Ibu bisa saja ada di sini. Di Anca Ladori atau di tempat-tempat ajaib yang sepertinya akan aku datangi bersama Rev. Aku memang belum lama mengenalnya, tapi sepertinya Rev bukan sepeda yang jahat. Sedikit malas mengatakan ini tapi menurutku dia sedikit menyenangkan, rasanya… aku seperti berbicara dengan Rocky dan Rambo. Tiba-tiba aku rindu mereka….

Apa benar ini memang jalanku bertemu dengan Ibu?

Semua keajaiban yang kualami satu hari ini benar-benar membuat diriku berharap bahwa ada keajaiban lain yang bisa membawaku pada Ibu.

Aku jadi percaya… Ibu masih ada. Di antara keajaiban ini aku yakin Ibu ada….

***

Kakinya melangkah bersamaan dengan degup jantungnya yang semakin cepat berdetak. Pikirannya masih bergelut dengan rasionalitasnya, namun hatinya sangat antusias menanti ada hal ajaib apa lagi yang ada di depannya? Segalanya memang tak pernah masuk akal, tapi ini sudah terjadi. Ragu atau maju?

“Ini Goa Tatarah, pintu masuk kita menuju tujuanmu. Kalau hatimu mengarah ke ibumu, maka jalan ini akan jadi jalur pengantar kamu menuju ibumu.”

“Goa Tatarah….” Berbeda dengan sebelumnya, kali ini rasa takut Cho-Cho semakin bergejolak ketika melihat ruangan gelap yang ada di depannya, dan dia harus masuk ke sana. Bulu kuduknya berdiri kaku. Sementara itu wajah Rev sumringah, sudah seperti pemandu wisata yang sangat antusias mengantar turis ke destinasi baru.

“Wahh… kamu memang orang yang terpilih!” kata Rev.

“Terpilih?”

“Kamu tahu? Kamu ini istimewa, dipilih langsung oleh Dewa Kehidupan, Sang Pemilik Alam. Biasanya beliau tidak terlalu ikut campur, tapi kamu… kamu dipilih langsung!” Nadanya antusias. “Biasanya orang yang diberi ‘keajaiban’ seperti kamu ini hanya diberi pintu kayu biasa sebagai gerbang untuk memulai perjalanan atau bahkan tanpa gerbang. Tapi, kamu diberi Goa Tatarah!”

“Memang kenapa kalau Goa Tatarah.” Mata Cho-Cho menyipit dan tangannya memeluk dirinya. “Sepertinya ini goa biasa saja, malah aku sedikit takut, seperti rumah hantu di pasar malam.”

“Rumah hantu?”

“Iya.”

“Ah! Aku tak tahu! Pokoknya, Goa Tatarah ini salah satu tempat suci di sini. Dewa Kehidupan pernah bersemayam di sini dalam waktu yang sangat lama sebelum akhirnya Ia kembali ke nirwana. Goa ini diberkati oleh nafas dan segala hal yang ada tentang Dewa Kehidupan. Kami percaya kalau melewati goa ini, hidup kita akan selalu terberkati dan kita bisa hidup dalam waktu yang sangat lama.”

Cho-Cho menganggut kecil menyimak apa yang Rev katakan, ia lalu tersenyum. “Berarti aku memang orang yang istimewa, ya!” nadanya sedikit sombong.

“Tidak usah sombong dulu. Kamu bukan yang pertama, dulu juga ada manusia yang melewati Goa Tatarah. Kamu orang kedua yang datang ke sini.”

“Siapa yang pertama?”

Rev tersenyum tipis. “Ada… seorang kawan lama.” Ia menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya dengan berat. “Bagaimana kabarnya sekarang, ya?”

“Kabar….” Cho-Cho bergumam sendirian.

“Apa?”

“Tidak.” Ia menoleh ke belakang, masih tak percaya dengan apa yang dilaluinya selama beberapa hari belakangan. Memori tentang masa lalu kembali muncul. “Pasti ada alasan aku datang ke sini. Pasti ada alasan kenapa aku mengalami semua hal ajaib dan magis ini. Semua ketidak-masuk-akalan ini pasti ada alasannya, kan?”

“Cho-Cho….” Suara Rev mendadak lembut. “Semua hal di dunia ini terjadi bukan tanpa alasan. Sekecil apa pun itu, semuanya punya maksud tersendiri.”

Cho-Cho menarik napas panjang, menggenggam erat-erat tas cokelat di punggungnya. Masih ada ketakutan di matanya, namun itu tak sebesar jika dibanding dengan rasa penasaran dan tekad tentang sang ibu. Semuanya ada di depan mata. Rasa ingin tahu yang besar berhadapan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian yang menumbuhkan harapan. Harapan yang menjadi alasan utama keberanian. Dan keberanian itu yang akan membawa Cho-Cho menuju pada ibunya.

“Aku ingin melihat titik akhirnya.”

Raut Rev serius. “Mulai dari sini, kamu tidak akan bisa kembali sebelum kamu menyelesaikan semuanya.”

“Kalau aku kembali?”

Rev diam sejenak. “Berarti kamu tidak bisa bertemu ibumu.”

“Kukira apa… kalau itu ya pasti, lah! Tapi aku enggak akan menyerah sebelum bertemu Ibu.”

“Aku suka semangatmu.”

“Sebentar! Berarti kamu tahu, kan? Dimana ibuku?”

“Ayo!”

Lihat selengkapnya