Di kelas.
Ehem. Kalaupun SHS 001 berisi siswa-siswa pilihan, tetap saja nol koma nol sampai mengelilingi Mars persen, ada di antara mereka yang receh. Celakanya, kelas Gyn dan Hayfa termasuk kelas itu. Tentu, yang bisa berbaur adalah Hayfa. Tidak untuk Gyn.
Separuh siswa di kelas Gyn, Science 001, receh. Terutama untuk kaum cowok.
“Ayo lomba kentut yang paling bau!”
“Jelas kamu yang menang. Aku duga kamu pasti makan kedelai busuk kan?”
“Alah, kentut mah sudah basi, bagaimana lomba banyakan ketombe?”
Ewh.
“Bisa, nggak, sih, kalian cowok-cowok nggak ribut?” salah satu cewek berteriak keras. Menutup bukunya. Kesal.
“Eh, bisa nggak, sih, cewek-cewek, nggak usah rajin-rajin banget membaca buku?” serunya.
“Betul itu! Buat apa? Sok-sokan rajin banget baca buku di sekolah. Di rumah kan bisa,” sanggah satu lagi.
“Heh, seenggaknya kalau kalian nggak mau baca, diam, kek! Bisa, kan?”
“ENGGAAAK!” jawab mereka serempak.
“Jangan-jangan kalian masuk pakai sogokan, ya? SHS 001, apalagi Science 001 itu sekolah dan kelas pilihan!” seru satu cewek lagi.
“Eh, enak aja! Ayo kita lomba cepat-cepatan berhitung!”
“Emang kecerdasan cuma soal berhitung?”
“Nanti tanding, kalah nangis,” seru satu cowok. Disambut tertawa cowok-cowok lain.
“DIAM! Bisa diam tidak?” bentak seorang cowok. Ketua kelas.
“Eh, kamu cowok apa cewek, apa tengah-tengah?” tanya seorang cowok. Mereka tertawa lagi.
Hayfa yang membaca komik berhenti. Menggelengkan kepala melihat keributan mereka. Kurang kerjaan. Hayfa mulai membaca komiknya lagi.
Di sebelahnya, Gyn, membaca buku soal flora dan fauna. Tentu kawan, itu buku diam-diam dia beli dari luar negeri. Bukunya sengaja dia sampuli dengan kertas berwarna hitam agar tidak ketahuan siapapun.
Sebenarnya, soal membaca, peraturan di Negara Cosnuci itu tidak masalah. Bahkan, beberapa buku juga dari luar negeri. Akan tetapi, itu sesuai dengan peraturan Raja Cosnuci. Akan diseleksi dengan ketat oleh pemerintah.
Namun tidak berlaku untuk Gyn. Dia tetap tenang, membaca buku itu. Soal pertumbuhan flora dan fauna yang bisa berkembang pesat. Soal pembangunan hutan. Soal bagaimana cara mengolah tanah lebih subur. Dia terus membaca tanpa terganggu dengan keramaian kelas. Daya tingkat fokus yang tinggi.
“May, ih, gila! So cool...tokoh ini hanya menjentikkan jari bisa membuat musuh-musuhnya mati sesaat. Menurut ilmu Biologi, itu kenapa, ya, Gyn?” tunjuk Hayfa sambil mengerjapkan mata. Kagum.
Gyn tetap fokus membaca buku. Malas menanggapi.
Hayfa mendengus kesal. “Oke, fine, kuanggap dari gerakan angin yang bergerak cepat menembus jantung mereka.”
Gyn menatap datar Hayfa.
“Apa? Kamu nggak terima? Ayo, jelaskan!” Hayfa meringis. Yes, berhasil juga dipancing.
“Itu bisa saja, Hayfa,” jawab Gyn. SJP—Singkat Jelas Padat.
Hayfa melotot tidak percaya. “Masa? Kamu mbodohin aku, ya?”
Gyn mengangkat bahu. Membaca lagi.
“Lah, gimana caranya angin bisa menembus jantung?” Hayfa bertanya lagi.
Gyn menghela napas pelan. Dia yang bertanya, dia juga yang mencari jawaban, dia juga yang bingung.
Kelas mulai terkondisikan. Mereka kembali ke bangku masing-masing. Guru masuk kelas. Dia membawa buku-buku tebal. Biasanya, seorang guru adalah bapak-bapak berbadan besar dengan kumis yang tebal. Kali ini tidak. Seorang pria yang bisa dikatakan masih muda, berumur sekitar 28 tahun, perawakan gagah, hidung mancung, dan berkulit putih bersih. Cewek-cewek mulai menatapnya tanpa kedipan.
“Good morning, everybody?”
Belum ada jawaban. Sepertinya cowok-cowok ikut terpesona.
Guru itu berdeham. “Good morning, everybody?”
“Good morning, Sir,” jawab Gyn lantang. Diikuti lainnya.
Guru itu tersenyum lebar. “Sudah berdoa?”
“Sudah, Sir,” jawab mereka kompak.
Guru itu mengangguk. “Maaf, tadi saya pergi sebentar ke kantor ada keperluan. Baiklah, sebelum memulai pelajaran, mari kita berkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan, nama saya Backster.”
Anak-anak perempuan tidak perlu mencatat kembali. Mereka pasti sudah mengingat dan menyimpannya dengan baik di otak mereka.
“Gyn, kenapa dia mirip tokoh komik? Gila, so cool....” bisik Hayfa. Cengar-cengir.
“Sekarang, perkenalkan nama kalian satu persatu!” perintah Sir Backster.
Satu persatu mulai berkenalan. Hingga tiba di Gyn. Seisi kelas tetiba sunyi. Mereka tegang. Hanya Hayfa yang berani menatap Gyn saat perkenalan. Gyn berdiri dari bangkunya.
“Silakan,” ujar Sir Back.
Gyn mengangguk. “Nama saya Coelogyne Pandurata, bisa dipanggil Gyn. Terima kasih.”
Suasana kelas tegang dan mengangkat alis heran. Nama yang aneh. Nama yang jarak mereka dengar. Ditambah orangnya yang meisterius. Hayfa tersenyum lebar. Gyn tetap bermuka datar.
“Wait, namamu Coelogyne Pandurata?” tanya Sir Back. Wajahnya cerah.
Gyn mengangguk.
Sir Back tertawa. Membuat cewek-cewek ikut tertawa. “Oke, saya akan bertanya pada kalian. Siapa yang di sini Ujian Biologi saat JHS nilainya di atas 90?”
Lima anak mengangkat tangan. Gyn termasuk.
“Alright. Untuk kelima anak, apakah kalian tahu arti Coelogyne pandurata?”
“Itu bahasa latin, Sir,” jawab salah satu cewek dengan senyum yang sangat menawan—anggap saja sedang merayu dalam tanda kutip (cari muka, nilai bercahaya).
Sir Back mengangguk. “Betul, tapi aku bertanya artinya. Tidak Gyn, kau tidak boleh menjawab. Aku yakin kau pasti tahu artinya,” serunya sambil melambaikan tangan.