Di laboraturium SHS 001
Dua puluh lima anak berkumpul. Masing-masing membawa toples gelap yang diberikan seminggu lalu dari Kakak Senior. Mereka berulang kali bergidik, memegang toples masing-masing. Tidak untuk Gyn. Datar.
Di depan mereka, sudah ada tiga orang berdiri. Satu Kakak Senior mereka dan dua orang dari luar sekolah. Mungkin, dari lembaga kepenelitian. Mereka tersenyum ramah—yang mematikan.
“Lihat, mereka seneng banget ngeliat kita tersiksa kaya gini,” bisik Hayfa pada Gyn. Yang tentu ditanggapi tatapan datarnya. Hayfa sebenarnya ogah-ogahan masuk KIR, apalagi membawa toples hitam yang di dalamnya ada mahluk menyebalkan dan menjijikkan.
“Selamat siang semuanya!” sapa Kakak Senior. Ketua ekskul.
“Selamat siang!” jawab calon anggota baru serempak.
Ketua ekskul tersenyum lebih lebar. “Baiklah, sekarang kalian letakkan dulu toples itu di bawah!”
Helaan napas lega menggema. Hayfa termasuk yang paling keras.
“Kalian sudah mengenal satu sama lain saat pertemuan pertama seminggu yang lalu. Sekarang, akan kuperkenalkan dua Kakak yang luar biasa ini.” Ketua tersenyum ke mereka.
“Silakan, Kak.” Ketua menjulurkan tangan, mempersilakan.
Pria berumur tiga puluhan maju. Menganggukan kepala sebagai penghormatan. “Terima kasih sudah mau menerima kami untuk berada di sini. Perkenalkan, nama saya Rube. Saya berasal dari ROLL, lembaga kepenelitian swasta terbaik di Cosnuci. Saya peneliti bidang geologi.” Rube tersenyum puas.
Ketua bertepuk tangan diikuti anggota baru.
Satu lagi, perempuan, maju ke depan. Berdeham sejenak. “Nama saya Rebecca Anne. Bekerja satu kantor dengan Rube. Peneliti bidang Zoologi khusus Reptil. Sekian.” Rebecca tersenyum tipis, mengangguk, lantas kembali berdiri di samping Rube.
Tepuk tangan terdengar setelah beberapa detik hening mendengar pernyataan Rebecca.
“Waw, kamu punya kembaran, Gyn,” bisik Hayfa pada Gyn.
“Now, ambilah toples hitam yang kalian bawa.” Ketua tersenyum penuh makna.
Keluhan ‘yah’ menggema. Kecuali suara Gyn. Dia santai saja mengambil toples itu. Hayfa dengan susah payah, menghirup napas panjang. Mengambil toples sialan itu.
“Syarat kalian bisa masuk ke ekskul ini adalah, kalian buka tutup toples itu, lantas ambil hewannya dengan tangan kalian sendiri, masukan ke akuarium bening itu!” Ketua menunjuk akuarium besar di depan. “Waktu kalian hanya lima menit. Peserta yang ke luar ruangan dan melebihi waktu yang telah ditentukan, dinyatakan gugur.”
Calon peserta menatap tidak percaya. Hayfa menelan ludah.
“Aku menyerah!” seru salah satu calon anggota berseru. Dia meletakkan toples lantas keluar dari ruangan.
“Aku juga.” Salah satu cewek mengikuti.
Enam peserta sudah menyerah sejak awal. Tersisa sembilan belas peserta.
“Gyn, bukankah ekskul ini sedikit, agak tidak waras?” bisik Hayfa. Mukanya pucat.
Gyn hanya mengangkat bahu.
Ketua tersenyum lebih lebar. “Ada yang mau menyerah lagi?”
Tidak ada tanggapan. Rube dan Rebecca menatap awas ke sekeliling. Tanpa sengaja, tatapan mata Gyn bertemu dengan Rebecca. Mereka berdua saling beradu tatapang ‘elang’.
“Baik, silakan buka tutup toplesnya!” Ketua merentangkan tangan.
Drama dimulai. Katak hasil tangkapan masing-masing terlihat.