Eigo dan Nema berencana untuk singgah ke rumah Bibi Mela setelah berhasil keluar dari hutan. Tentunya untuk berbagi daging rusa hasil berburu hari ini. Namun, dari kejauhan tampak rumah Bibi Mela menjadi sangat terang, seperti menyimpan cahaya putih yang bersumber dari dalam rumah. Pancaran cahaya tersebut begitu jelas dari setiap celah-celah dinding kayu yang ada.
“Hah ... Cahaya apa itu?” tanya Eigo yang seketika langkahnya terhenti sejenak.
“Ayo, cepat!” seru Nema kemudian mengganti langkah menjadi berlarian.
Eigo mengekori Nema yang terburu-buru. Ia ikut merasa cemas dengan keadaan Bibi Mela. Eigo khawatir jika sesuatu terjadi selama ia pergi dengan Nema. Meski demikian, langkahnya agak sulit akibat jalanan setapak.
Kurang beberapa meter dari pintu rumah Bibi Mela, cahaya yang tadinya mencuat hebat tampak tak berjejak. Hilang begitu saja dari pandangan. Tak terlihat tanda-tanda pancaran cahaya tadi. Nema dan Eigo menatap heran.
“Bibi Mela!” seru Eigo sembari berusaha mengintip lewat celah-celah yang ada. Ia berharap bisa menemukan keberadaan Bibi Mela dan mengetahui apa yang terjadi dalam rumah kayu tersebut.
Nema mengetuk pintu secara asal. Ikut pula memanggil Bibi Mela secara bergantian. Ia pun menempelkan salah satu daun telinganya pada pintu kayu, berharap mendengar sesuatu. Namun, tak ada satupun yang didengarnya kecuali seruan Eigo yang memanggil Bibi Mela.
Nema memutuskan untuk mendorong pintu tersebut sembari menggerakkan gagang pintu. Sayangnya tak ada tanda-tanda bahwa pintu tersebut akan terbuka. Mendadak rasa panik dan cemas bermunculan.
Nema dan Eigo memberi jeda waktu untuk saling berunding sembari menunggu jawaban Bibi Mela. Keduanya sepakat untuk menyatukan tenaga demi mendobrak pintu rumah tersebut. Lagi pula tak ada jalan lain untuk menemukan keberadaan Bibi Mela.
Brakkk!!
Pintu kayu tersebut berhasil terbuka. Eigo lebih dulu memasuki rumah sembari sesekali memanggil Bibi Mela. Sejauh mata memandang, hanya senyap yang ditemui. Tak ada hal-hal mencurigakan yang terjadi di rumah ini, sebab seluruh perabotan masih tampak rapi di tempat.
Nema mengelilingi rumah kayu tersebut. Secara bergantian, ia membuka pintu-pintu setiap ruangan. Ia ingin memastikan keberadaan Bibi Mela sekaligus sumber pancaran cahaya yang ditemuinya tadi. Namun, tak ada yang ditemukan hingga ia kembali bersisian dengan Eigo.
“Aneh sekali. Kemana perginya Bibi Mela?” tanya Eigo pada Nema yang sedikit terengah-engah.