“Hentikan, Mois! Mereka anakku, bukan musuhmu!” teriak Bibi Mela.
Mois yang mendengar teriakan itu lantas menundukkan kepala. Langkahnya berjalan mundur secara perlahan. Tak lupa, ia juga memberi hormat kepada Nema dan Eigo. Titah Bibi Mela adalah perintah mutlak yang akan selalu ia patuhi. Banyak hal baik yang sudah diajarkan Bibi Mela padanya.
Kepatuhan Mois terhadap titah Bibi Mela membawa rasa terenyuh di hati Nema dan Eigo. Meskipun Mois terlihat seperti serigala liar di mata Nema dan Eigo, tapi Mois selalu tampak sendu. Tak jarang Nema dan Eigo merasa iba.
Mois berlari menghampiri ibunya, Lin. Ia menyesal telah keluar dari dinding keselamatan. Hal itu ditunjukkan Mois dengan menggosokan kepala ke tubuh Lin. Ia terpaksa keluar dari dinding keselamatan sebab ada beberapa orang asing yang mengejar. Orang asing tersebut juga membawa pedang dan mengancam keselamatannya. Ketakutan itulah yang membawa Mois keluar melewati dinding keselamatan.
“Kak, daging rusanya?” Eigo yang mengingatkan Nema dengan daging yang telah sebelumnya dibakar.
Kali ini, Nema dan Eigo melanjutkan aktivitas sebelumnya yang sempat terjeda. Nema juga menambahkan beberapa potong daging rusa simpanannya untuk menjamu Mois dan Lin. Ia menilik kembali bakaran daging rusa, tampaknya sudah siap makan. Nema menyajikannya di atas daun jati, lantas membawanya ke rumah Bibi Mela bersama Eigo.
Eigo berseru ketika sampai di depan rumah Bibi Mela. “Bibi, tolong dicicipi daging rusa bakar buatan kami.”
Senyum ramah terpatri di sudut bibir Eigo sejak tadi. Ketakutannya pada serigala mendadak lenyap. Ia sudah merasa nyaman dengan keberadaan Lin dan Mois.
“Wah, terimakasih. Kalian hebat sekali sudah bisa memasak daging sendiri,” sahut Bibi Mela setelah membukakan pintu. “Ayo masuk, kita makan bersama!”
Bibi Mela memimpin langkah untuk memasuki rumah. Ia beralih membawa daging itu untuk disajikan di meja makan. Di sana tampak Lin dan Mois sudah menunggu.
“Kak, aku penasaran dengan Bibi Mela,” bisik Eigo kepada Nema sembari menyuap daging rusa bakar.
“Kita pura-pura tidak tahu saja,” sahut Nema.
Eigo mengangguk paham, mencoba fokus kembali pada daging rusa di hadapan. Rasa penasaran mengenai Bibi Mela dan kedua serigala itu membumbung di hati. Namun, Eigo mencoba menguburnya dalam-dalam sembari sesekali memperhatikan bagaimana kedua serigala itu makan.