Sejak hatiku berkali-kali disakiti, entah melalui perkataan atau tindakan, aku jadi berpikir bahwa semua orang adalah musuhku. Jika semua orang tidak pernah baik kepadaku, kenapa aku harus menjadi baik? gumam Jose dalam hati sembari memainkan busur panah.
Tak lama, ia melepas busur panah tersebut, membiarkannya melesat. Busur panah tersebut menusuk ke dalam kulit kaki Mois. Sesuai rencana Jose, yaitu menghabisi nyawa siapapun yang ditemui di sepanjang perjalanan.
Sebelumnya, Jose telah berjalan berhari-hari dari arah utara. Ia nekat menuruni pegunungan tempat tinggalnya bersama ibu. Hal ini dilakukannya untuk mencari obat karena sang ibu sedang sakit.
Jose hidup dalam kemiskinan. Ia kerap kali mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Akibatnya, rasa kebencian menguasai akal pikiran Jose dan membutakan mata hatinya. Tak heran jika ia menjadi berperilaku buruk kepada siapapun yang ditemui.
Sore itu, Jose tidak sengaja melihat Nema, Eigo, dan Mois dari kejauhan. Pikiran buruknya timbul begitu saja untuk melepaskan anak panah ke arah dada Nema. Namun, anak panah tersebut justru meleset ke arah kaki Mois. Jose kemudian bersembunyi di balik semak belukar yang lebat, mencoba menyembunyikan diri.
Jose tidak ingin ulahnya ini menimbulkan perkelahian. Apalagi jauh di dalam hati, ia merasa tidak mungkin akan menang jika melawan Nema dan Eigo. Sejauh ini, Jose hanya memperhatikan gerak-gerik Nema dan Eigo dalam diam. Tak lama, ia juga mendapati Bibi Mela yang datang membawa lentera untuk membimbing Nema dan Eigo supaya bisa berjalan dalam hutan yang gelap.
Jose memberanikan diri untuk turut mengikuti langkah Bibi Mela, mengendap-endap di balik punggung Nema dan Eigo. Lentera Bibi Mela membawanya berjalan keluar dari hutan. Sesekali perut Jose berbunyi riuh. Ia hanya bisa mengingat bahwa sejak pagi tadi hanya memakan buah berry dari hutan.
Jose terheran begitu mendapati cahaya yang sangat terang dari dalam rumah Bibi Mela. Rasa penasaran membelenggu, tapi ia hanya bisa memandang dari jauh untuk menutupi keberadaannya. Sekali lagi, suara perut Jose berbunyi. Kali ini ia tidak bisa lagi untuk menahan sehingga memaksanya untuk mencari makanan.
Tanpa berpikir lebih banyak, Jose memutuskan untuk melangkah mendekat menuju rumah Bibi Mela. Ia mengendap memasuki rumah tersebut. Itu merupakan harapan terakhir dan satu-satunya untuk menemukan makanan.
Kejadian yang menimpa Mois, Nema, dan Eigo membuat Bibi Mela merasa kalut. Meski demikian, ia mencoba untuk bersantai sejenak dengan menyeduh segelas teh panas dan memasak omelet telur. Ia berharap agar dapat berpikir jernih supaya bisa mengembalikan Nema dan Eigo dari dunia cermin.
Aroma masakan Bibi Mela mengundang Jose untuk masuk ke dalam rumah secara diam-diam. Apalagi Bibi Mela lupa untuk mengunci pintu rumah, hal itulah yang mempermudah langkah Jose. Gerak-gerik tersebut benar-benar tak disadari oleh Bibi Mela.