Blurb
Junet mengipas wajahnya dengan kedua tangan seraya menatap ke arah jalanan yang kosong lalu melirik sebentar ke arah Ibrani yang sedang menangis atau lebih tepatnya pura-pura menangis karena sama sekali tidak mengeluarkan air mata.
"Sudah belum?" Tanya Junet.
"Huhuhuhu...." Ibrani yang sejak tadi menangis mendadak terhenti.
"Sudah." Jawabnya.
"Yuk, jalan lagi."
"Iya." Seolah lupa dirinya sudah menghabiskan waktu banyak untuk mengharapkan iba dengan cara berpura-pura menangis, Ibrani langsung jalan kembali mengikuti Junet yang ada di depannya menyurusuri pinggir jalan ibu kota sambil memeluk mainan.
Sebenarnya bukan Ibrani tak merasa sedih ataupun takut dengan keadaannya sekarang terlebih dirinya hampir terjebak di tengah kobaran api dan carut marut massa yang mengamuk.
Pengalamannya berhasil selamat dari sebuah hal serupa kiamat membuatnya juga merasa senang karena masih diberi kesempatan Tuhan menghirup napas lagi.