Sementara orang tuanya berada di kasir lantai satu, Ibrani sedang melihat berbagai jenis mainan yang terpajang di atas rak, meski ada yang terbungkus dalam kardus anak kecil itu tahu kalau semua mainan ini adalah barang mahal dan langka bagi dia dan teman-temannya yang hidup di pemukiman biasa.
Tidak sampai satu menit berselang terdengar suara ledakan dari arah lantai atas, suara itu disauti dengan teriakan dari berbagai arah. Ibrani tidak menghiraukan berbagai suara tersebut selama beberapa menit awal karena tidak ada persis dekat dengannya, tetapi asap yang langsung mendatangi menutup penglihatan jalan untuknya membuat dirinya terdiam sama sekali.
Terdengar banyak orang berlarian dengan langkah kaki yang berat sambil sesekali ada yang berteriak di hadapan Ibrani, namun dari sekian banyaknya orang berlari tersebut tidak ada satupun yang melihatnya mematung di antara rak mainan saat mereka melewatinya. Ibrani yang tertinggal itu melihat perububahan warna putih asap di sekitarnya menjadi kemerahan dan hitam gelap yang membuatnya sesak karena asap yang dihirupnya itu ia baru mengerti apa yang sedang terjadi disekitarnya,
"Ada kebakaran di sini." Batin Ibrani. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, kikuk mencari sumber asap itu bermula.
Ia membalikkan badan ingin menyelamatkan salah satu dari robot mainan yang sedang ditontonnya, badannya kaku sekali saat berusaha meraih satu buah kotak kardus karena dadanya terasa sesak, sesak yang menurutnya lebih ke arah perih karena hanya menghirup asap panas. Selama beberapa menit tadi ia berharap ada seseorang yang menggendongnya keluar atau setidaknya menghampirinya untuk berlari menuruni tangga bersamaan. Tetapi tidak ada.
Ia mengambil sebuah kotak kardus mainan robot dan memeluknya kemudian berlari menuruni tangga yang sebelumnya dilewati. Sayang sekali asap panas dan api sudah memenuhi jalan turun dan itu membuat Ibrani merasa takut untuk turun dengan kaki sendiri untuk menuruni tangga jalan yang sedang mati itu.