Bocah kecil itu baru menyadari kemana arti pulang sebenarnya, setelah banyak menghabiskan waktu berkeliling bersama orang baik di hidupnya. Zunaidi atau yang lebih akrab disapa Junet memang baru ditemuinya kurang dari satu minggu lalu, tetapi kebersamaan mereka tidak kurang rasanya dari kehangatan yang diimpikan Ibrani ketika berkumpul keluarga.
"Kenapa rasanya asyik sekali ya?" Batinnya bertanya kepada pikirannya tertegun berdiri diambang pintu kamar milik Junet.
Ibrani menonton Emak dan Bapak juga Junet yang sedang duduk di atas karpet besar sambil bersenda gurau di depan TV layar besar berbentuk tabung setelah bangun dari tidurnya sehabis perjalanan panjang tadi.
"Sini tong, duduk." Panggil Emak Junet mengajak Ibrani yang terdiam mematung menatap ke arah ruang keluarga.
Ibrani yang cepat terbangun dari lamunannya itu, langsung melebarkan bibir menyengir dan berjalan cepat menghampiri Junet dan keluarganya.
"Lu sekarang panggil gua abang Zai ye." Pintah Junet kepada Ibrani sambil menunjuk ke dadanya sendiri lalu melirik sekilas ke arah Bapaknya.
"Kenapa bang?" Tanya Ibrani bingung.
"Junet nama bapaknya Die." Ucap Junet mengarah kepada Bapaknya.
Bukannya memarahi karena sikap kurang sopan kepada orang tua dan suaminya sendiri, Emak Junet malah tertawa.