Setelah mereka selesai menghabiskan makan siang yang terlambat, Ibrani menagih janji Junet mengatakan akan mengantarnya pulang.
"Kapan abang anter Bani pulang?" Katanya saat mereka duduk di bangku depan tempat warung sederhana untuk makan tadi.
"Emang rumah lu dimane? Tadi gua tanyain kaga dijawab."
"Ooh tadi abang tanya itu. Rumah Bani di Swadaya yang deket Poltangan." Jawabnya antusias.
"Dih, deket itumah."
"Jauh Bang." Ibrani tertunduk, jalan yang mereka tempuh untuk ke terminal dari sini sudah tiga kilometer lebih Ibrani tidak bisa membayangkan jika mereka jalan kembali ke terminal lalu ditambah ke jalan rumahnya.
"Maksudnya deket dari pasar tadi." Junet menerangkan.
"Kenapa nggak bilang?" Tanya Junet
"Bani tidak dengar Abang bilang yang itu." Kata Ibrani.
Ibrani dan Junet lalu menghela napas bersamaan, memandangi jalanan yang lebih ramai dari tempat mereka ke Mushola karena mobil lalu lalang yang banyak juga jauh dari tempat kerusuhan.
Ibrani lalu melihat Junet masuk kembali ke dalam, terlihat Junet menuliskan sesuatu pada kertas kecil dan diberi uang oleh pemilik warung. Ibrani melihatnya dengan kagum, Junet bisa mendapatkan uang hanya dengan menulis secarik kertas adalah hal yang tidak biasa. Setelah pamit Junet lalu keluar menghampiri Ibrani dan mengajak untuk mencari angkot.
Ibrani hanya diam menatap dan mengangguk, ia terpikirkan robot yang berada di belakang badannya.
'Apakah jika robot ini menjadi manusia akan menjadi pahlawan super yang seru seperti bang Junet?' Batinnya.
"Karena sudah sore dan lu pasti pegel, kita istirahat di rumah abang dulu ye." Junet berkata sambil mencari angkutan umum menuju rumahnya.
"Nanti malam kita ke rumah Bani. Abang ngantuk banget." Kata Junet lagi dengan mimik memelas.
Meski awalnya Ibrani merasa kesal karena tak kunjung pulang tetapi ia menurut sebab ia juga kelelahan dan ingin tidur. Biasanya jika di rumah ia baru bangun dari tidur siang di sore hari.
Mereka akhirnya naik angkot menuju rumah Junet yang berada di kawasan Jati Padang. Tidak ada percakapan yang berarti selain kenapa Pasar Minggu adalah Pasar Minggu.
"Menurut Bani, kenapa Pasar Minggu namanya Pasar Minggu?" Kata Junet memberi tebakan.
"Karena jualan di hari Minggu." Jawab Ibrani cepat.
"Betul."
"Betul?" Ibrani heran.
"Iya, jaman dulu Pasar Minggu cuma buka di hari minggu sampe jam 12siang."
Ibrani yang memangku tas punggungnya hanya diam sambil menepuk-nepuk bagian depan tas.
"Ini sejarah." Kata Junet tak ingin penjelasannya dianggap sepele.
Lalu mereka terdiam menunggu sampai tujuan dan berjalan ke rumah Junet.
Saat sampai ke sana, Junet langsung mengaja Ibrani masuk ke dalam kamarnya. Ia keluar sebentar lalu kembali dengan membawa baju setelan sesuai ukuran badan Ibrani dan menyuruhnya berganti sehabis Junet berganti di kamar mandi. Tidak terlihat ada orang walaupun terbuka saat mereka datang dan saat Ibrani ke kamar mandi untuk berganti baju. Ketika kembali, Ibrani sudah melihat Junet tertidur pulas di kasurnya. Tanpa babibu Ibrani ikut tidur dikasur sebelah yang Junet siapkan untuknya. Begitu terlelapnya Ibrani tidur sampai terbangun di keesokan harinya.
"Ibu..." Ibrani menggeliat saat membuka mata ketika bangun dari tidurnya.
Ia memandangi ke sekekiling ruangan berbentuk balok bercat biru dan kuning dan aneka poster yang Ibrani tidak kenal siapa saja yang terpampang di dinding itu. Ia menyadari sedang tidak ada di rumahnya dan Junet sudah tidak ada di sebelahnya. Ibrani langsung terduduk dan melihat ke arah jendela saat langit menguning dan suara ayam berkokok.
'Ini udah sore tetapi ayam disini belum dibawa masuk?' Pikirnya.
Ibrani langsung berjalan keluar kamar mencari Junet untuk menagih janji orang tersebut. Ketika keluar dari pintu kamar, Ibrani berhenti sebentar untuk memutuskan untuk mencari Junet keluar atau ke arah dalam rumah. Rumah Junet seperti rumah betawi pada umumnya yang memanjang dan berisi banyak ruangan dan belokan, saat masuk dari teras yang memiliki anak tangga ke dalam rumah akan ditemukan sebuah ruang tamu dan kamar lalu saat masuk ke dalam akan ada ruang TV dan kamar Junet yang ditiduri Ibrani juga kamar lainnya, kemudian akan ada satu ruangan berisi meja makan besar dan lemari buffet juga kamar paling dalam dan yang terakhir ada dapur yang berisi dua alat memasak yaitu tungku dan kompor juga dua bilik yang satu berisi WC dan satu lagi adalah kamar mandi serta pintu menuju kebon belakang.