Junet mengendarai kendaraan roda dua itu hingga sampai ke daerah Glodok. Meskipun puncak kerusuhan sudah terjadi pada tanggal 12 Mei lalu, tetapi ketegangan di sekitar pasar Glodok masih terasa sampai dimana Junet dan Ibrani tiba. Tanpa menunggu arahan, Ibrani lalu turun dari motor dan menyisir pandangan ke sekelilingnya.
"Abang mau belanja?" Tanya Ibrani.
Junet menggeleng, "Tungguin aja." Kata Junet.
Hari ini masih pukul setengah sembilan pagi, suasana di Pasar ini masih cenderung ramai karena kegiatan jual beli masih berlangsung meskipun tidak ramai. Meskipun dilanda ketakutan tetapi karena etnis Cina yang saat itu menjadi target amarah rakyat di kawasan ini terhitung sebagai pemilik kawasan daerah ini masih berjalan walaupun beberapa toko sudah tututp.
Junet menunggu apa yang akan terjadi di Pasar Glodok hari ini, karena mendengar dari beberapa orang bahwa mereka akan menghabisi rakyat cina, oleh karena itu Pasar Glodok pasti menjadi salah satu tempat yang akan mengalami kehancuran serupa dari Pasar Minggu.
"Mau beli apa kesini?" Tanya salah seorang Pria paruh baya yang lewat berpapasan dengan Junet yang masih duduk di motor tanpa memeperhatikan Ibrani yang sudah jalan berkeliling.
Ibrani baru pertama kali datang ke tempat seperti ini, ia merasa takjub melihat banyak sekali ruko berjajar dengan jalan besar dan banyak orang berkulit putih. Ibrani kemudian berjalan menyusuri toko demi toko dan melihat pajangan yang di jual dari toko tersebut, setelah sadar sudah merasa jauh dari Junet ia melihat ke belakang ke tempat Junet yang masih duduk menatap toko yang ada seberangnya. Saat Ibrani membalikan kepalanya kembali, tak jauh dari posisinya berdiri banyak sekali orang yang datang sambil berteriak,
"Habisi Cina! Habisi Cina!" Teriakan yang ramai itu seperti para suporter yang sedang memberikan dukungan.