"Bandel banget sih." Kata Junet ngos-ngosan setelah menurunkan Ibrani.
Ibrani terkesima ketika turun dari pangkuannya, ia terharu Junet bisa membawanya ke tempat aman dalam waktu singkat disaat dirinya bingung mau membawa badannya kemana karena merasa terkepung.
"Ayo naik." Perintah Junet yang sudah menyalakan motornya saat Ibrani masih terdiam.
Mereka akhirnya berjalan ke arah kota, melihat banyak bekas kerusuhan yang belum dibenahi seperti kota yang mati karena habis terkena wabah zombi di film. Junet yang mengendarai berharap tidak akan menemukan kerusuhan yang sama di dekatnya. Ia memilih jalan lain dari rute berangkat ke tempat beberapa mahasiswa yang masih melakukan aksi demontrasi di jalan kota sebagai aksi berbela sungkawa atas teman seperjuangan.
Ketika Junet dan Ibrani melewati kerumunan mahasiswa itu, ada seorang yang Ibrani kenali dan langsung ia panggil meskipun sudah terlewat. Ibrani gesit sekali menengok ke arah belakang agar orang yang disapanya tahu ada dia di atas motor itu.
"Mbaaa!" Teriak Ibrani kencang yang membuat Junet terbata memberhentikan motor ramping yang dibawanya.
Perempuan yang disapa langsung keluar barisan dan berlari ke arah Ibrani,
"Bani?1 Kamu darimana?" Kata perempuan memakai kacamata itu kini sudah berada di samping Ibrani.
"Mba ngapain?" Ibrani malah balik bertanya.
"Mba." Katanya terhenti karena sedang berpikir jawaban yang dapat Ibrani mengerti.
"Mba lagi pawai Ban. Kamu gak pulang?" Lanjutnya membuat alasan.
Ibrani yang mendengarnya langsung mengerti jika banyak orang berbaris di jalan seperti sedang melakukan sesuatu berati itu adalah pawai.