Ibrani dan pemuda yang menolongnya berjalan dengan hati-hati sampai ke area depan terminal, dimana sudah ada lebih banyak orang yang berkumpul dari berbagai arah di sana karena menjadi titik yang lebih aman dari seluruh kawasan pasar dan terminal saat ini.
Mereka berhenti di tempat yang lebih lenggang dari orang lalu-lalang setelah yakin keadaan benar sudah lebih aman dari tempat Ibrani menunggu. Seperti berkah di tengah musibah, dua warung kecil di depan terminal yang biasanya sepi mendadak ramai karena banyak orang yang juga istirahat di sekitar terminal memesan minum atau jajan juga rokok. Salah satu dari pelanggan itu adalah Ibrani, ia langsung berlarian kecil memesan minuman gelas ke arah salah satu warung tersebut.
"Ke sini lagi!" Kata pemuda tersebut memerintah dengan suara agak keras agar Ibrani mendengar, pemuda itu terkejut ternyata Ibrani membawa uang sebelum ke warung dengan memegang uang seribu bergambar orang utan dari saku bajunya lalu berlari tanpa sepengetahuannya, ia takut Ibrani melarikan diri setelah pertolongannya yang berkali-kali.
Lima menit kemudian Ibrani kembali bersama pemuda itu dan memberikan satu minuman kepada orang yang menolongnya.
"Makasih." Kata Ibrani pelan, datar dengan bola mata ke bawah.
"Duit darimana?" Tanya pemuda itu sambil menegak minumnya.
"Uang jajan sekolah." Jawab Ibrani mengangkat kepalanya seketika, ia menatap langsung ke arah orang dewasa di hadapannya itu, malas dicurigai.
"Kamu sekolah?"
Ibrani mengangguk malas.
"Abang Junet." Kata pemuda itu menunjuk ke badannya sendiri sembari memberikan senyuman yang menunjukkan giginya dengan bibirnya yang lebar.
"Junet." Kata Ibrani.
"Abang, Abang Junet." Kata Junet menepuk-nepuk dadanya dengan bangga. Ia merasa senang sekali karena ternyata anak kecil yang ditolongnya bukan anak berandalan yang sering ia jumpai seperti di Terminal.
Memiliki nama asli Zunaidi Nurdin yang artinya bunga dari surga sebagai penerang agama, lahir pada tahun 1978 malam Jum'at kliwon yang sempat membuat orang tuanya khawatir denga mitos jika anak akan nakal bila lahir pada malam kliwon, hal konyol itu malah terbukti benar pada Zunaidi Nurdin kecil.
Junet kecil pernah tiga kali pura-pura tidur sehabis isya agar emaknya tidak mengawasi dirinya yang ingin ikut begadang menonton bola secara diam-diam saat ia berumur tiga tahun. Ia juga pernah mengendap masuk ke salah satu kontrakan milik keluarganya yang kosong lewat jendela dan berdiam diri di dalam selama hampir dua belas jam sampai membuat satu kampung kelimpungan karena diumumkan lewat Toa masjid RT, aksi tersebut ia lakukan agar orang tuanya memberikan ia izin ikut PerSaMi (PERkemahan SAbtu MInggu) yang diselenggarakan sekolah untuk kelas empat sampai enam sedangkan saat itu ia baru kelas satu.
Padahal Kakeknya yang memberi nama berharap cucunya bisa menggunakan nama Nurdin dengan baik. Tetapi laki-laki si empunya nama itu lebih memilih nama Junet sebagai sapaan umum untuk dirinya di luar rumah, Junet lebih terkesan membumi untuknya agar mudah berkenalan dengan siapa saja karena nama yang mudah terdengar asyik di telinga pada masa itu. Lain dengan nama aslinya yang membuatnya berat dibawa kemana-mana.
Meski terlihat begajulan, Junet memiliki alasan khusus dalam setiap tindak tanduknya, salah satunya ketika ikut meramaikan gerakan massa dalam kerusuhan siang tadi meskipun ia mengambil bagian memunguti barang orang lain yang menurutnya berharga.
Junet sebenarnya sempat mempunyai hubungan spesial dengan teman kampusnya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, benar Universitas besar kala itu yang hanya bisa dimasuki orang-orang khusus. Junet adalah mahasiswa Fakuktas Ilmu Komputer yang banyak mengenal mahasiswa kedokteran karena tingkah tengilnya yang sering menyempatkan waktu berkenalan dengan dosen kedokteran.