Setelah melihat cahaya luar dan berhenti di ujung tangga, Ibrani diturunkan perlahan dari gendongan.
"Jalan, Dul." Kata lelaki itu kepada Ibrani ketika sudah merendahkan badannya agar Ibrani turun dari punggungnya, lalu tanpa menunggu aba-aba dia langsung menggandeng Ibrani untuk turun tidak sampai 5 detik seteleah Ibrani merosot dari punggungnya.
Meskipun Ibrani tahu kata "Dul" bukanlah namanya, tetapi ia tau harud memilih menurut saja.
Tanpa dugaan dan bayangan dari Ibrani keadaan di tangga jalan keluar masuk gedung Robinson itu sudah ramai dengan orang yang membawa turun barang, juga termasuk dari pintu ia dikeluarkan memang tidak begitu banyak tetapi cukup membuat Ibrani tercengang pasalnya tidak siapapun yang dilihatnya tadi. Seakan perjuangannya untuk keluar dari keadaan yng menegangkan belum kelar Ibrani melihat keadaan di halaman luar pasar sangat ramai dengan banyak orang yang sedang membakar segala hal yang disekitarnya.
Keadaan yang sama sekali berbeda kurang dari satu jam yang lalu saat Ibrani tiba bersama kedua orang tuanya. Rangkaian baris pondok kaki lima berjejer di pinggiran stasiun yang semula ramai mendadak sepi dan ruko di sekitar pun sampai menutup pintu berlindung dari orang-orang dewasa lainnya yang sibuk menghancurkan pasar dan seisinya.
Ban dari gerobak dicopot dan di bakar, pagar pembatas antara jalan dan parkiran pasar di goyang dan copot, orang berteriak sambil membawa kayu hanya untuk diketok ke pagar membuat bunyian untuk menyita perhatian yang ternyata berhasil.
"GANTI REFORMASI!" Teriak salah seorang di antara mereka.
"TURUNKAN PRESIDEN." Teriak yang lainnya, bahkan ada beberapa kata dari kebun binatang yang mereka lontarkan tanpa tahu mereka berharap di dengar oleh siapa persisnya karena jelas sekali sedang tidak ada kunjungan presiden di sini.
Ibrani terkesiap menghentikan jalannya saat melihat ada yang membawa celurit (pedang bengkok yang biasa digunakan untuk memotong rumput), merasa hal ini sama seramnya dengan terjebak dalam kepulan asap dan api Ibrani kembali mematung beberapa saat.
Ia melanjutkan langkahnya menuruni tangga keluar setelah berhenti karena tahu celurit yang dibawa oleh pria paruh baya itu hanya untuk diasong-asongkan saja untuk menggertak aparat yang berusaha mengamankan sekitar. Akhirnya anak kecil itu melihat polisi di pintu luar parkiran pasar, ia mempercepat langkahnya menuruni tangga tanpa peduli bersenggolan dengan orang yang lebih besar darinya.
Ramai sekali orang berlarian membawa barang ketika Ibrani menapaki kakinya ke tanah, saking ramainya Ibrani terdorong kembali dan menyentuh tangga karena takut terdorong lagi saat melihat ada beberapa orang keluar gedung dari lantai dasar membawa kasur. Meski tak memiliki jarak pandang luas tetapi saat sekitarnya memberi jalan hal itu sudah cukup membuat Ibrani tahu bahwa ia pasti akan kembali terdorong dan bisa saja terinjak, belum kelar dengan rombongan kasur ada juga beberapa pria paruh baya yang membawa sepeda dari arah lain tempat berdirinya anak kecil itu.
Sudah merasa lebih aman karena berdiri dipojok jalan untuk berlindung, Ibrani melanjutkan perjuangannya untuk keluar dari kerumunan dengan posisi yang sama, yaitu bersedekap melindungi kardus robot. Malangnya, karena tubuh mungil dan tingginya yang belum sampai satu setengah meter Ibrani bukannya berjalan ke arah kanan mendekati petugas di pintu masuk sebelah kiri ia justru terdorong oleh sikut dan punggug badan orang dewasa ke arah yang berlawanan.