Siang ini pembeli di toko Bahpo kepanjangan dari toko Aneka bahan pokok cukup ramai karena salah satu toko yang menjual bahan pokok sehari-hari terlengkap mulai dari minyak goreng, gula, beras bahkan perintilan bumbu-bumbu pun tersedia. Evan Sebastian sebagai pegawai toko dari tadi sibuk melayani banyaknya pembeli. Setelah pembeli mulai berkurang ia beristirahat sejenak sambil menikmati seduhan kopi yang telah dibuatnya.
"Mas ini masih sama kan harganya?" tanya Bu Karmila, langganan setia toko Bahpo menunjuk dus minuman isotonik pada Evan.
Evan melihat dus yang ditunjuk. "Iya Bu, masih," jawabnya.
"Saya beli lima dus ya!" kata Bu Karmila senang karena di toko ini harganya masih stabil.
Evan mengangguk kemudian beranjak untuk meletakkan barang yang Bu Karmila inginkan ke depan.
Bu Karmila kembali memburu barang belanjaannya. Kali ini Evan bisa sedikit santai karena tinggal satu orang lagi yang masih berada di toko. Setelah ditotal, Bu Karmila membayar barang belanjaannya lalu di angkut oleh seseorang–mungkin orang kepercayaan Bu Karmila.
Meskipun hanya sebagai pegawai tapi Pak haji Slamet–pemilik toko aneka Bahpo mempercayakan tokonya dikelola oleh Evan karena ia melihat kesungguhannya saat bekerja bahkan Evan sudah dianggap saudara sendiri oleh pak haji Slamet.
Jam delapan malam Evan bersiap-siap menutup toko dan menata semua barang yang berserakan setelah itu bisa pulang ke rumahnya menggunakan motor pemberian pak haji Slamet seminggu yang lalu.
Evan memberhentikan motornya begitu sampai lalu mengetuk pintu beberapa kali karena malam-malam begini biasanya anak-anak juga istrinya sudah tidur.
Terbukalah pintu dan muncul sosok anaknya yang bernama Gendis Pertiwi–anak pertamanya yang juteknya jangan ditanya. Tapi kalau tidak ditanya, Evan mana tahu jawabannya. Baiklah, Evan mulai memberikan senyum pada Gendis namun tetap dibalas dengan wajah datarnya menatap Evan.
"Dis, ibu sama adikmu sudah tidur?" tanya Evan setelah Gendis menyalaminya.
Gendis mengangguk kecil lalu berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun dan Evan yang hanya bisa menghela napas berat. Entah ngidam apa ibunya saat mengandung Gendis.
Lalu Evan teringat sesuatu bukankah ibunya Gendis itu istrinya. Evan langsung menutup pintu daripada memikirkan semua keanehannya.
....
Pagi-pagi sekali Juliana atau sering dipanggil Juli-istri Evan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Dia memasak tempe bacem serta sayur asem untuk sarapan di pagi ini.
"Annyeonghaseyo!" sapa Adela Saputri-anak kedua Evan dan Juli yang sering dipanggil Adel dengan riang menghampiri sang ibu yang sibuk menata makanan di atas meja.
Juli menghentikan aktivitasnya sesaat lalu mengendus aroma di sekitarnya tapi tidak berbau apapun. "Siapa yang pakai minyak nyong-yong?" tanyanya menatap Adel bingung.
Evan baru selesai mandi langsung duduk di meja makan disusul Gendis yang tengah memasangkan dasi juga ikut duduk di kursi sebelah.