Sekitar jam dua siang datanglah mobil yang mengirim 50 dus minyak goreng ke toko Aneka Bahpo. Evan ke depan untuk mengeceknya lalu membantu menurunkan dus-dus.
"Terimakasih, Pak!" Evan berucap begitu pesanannya di turunkan semua.
"Sip, bayarannya sudah tadi dilunasi sama pak haji," ucap si petugas lalu masuk ke mobilnya.
Mobil pun melaju pergi untuk mengantar pesanan ke toko-toko berikutnya. Evan mulai membuka dus-dus itu dan meletakkannya ditempat yang seharusnya. Kalau siang ini belum juga ada pembeli berarti sore nanti, ia harus siap dalam menghadapi banyaknya pembeli.
....
Kelas 7C sangat gaduh bahkan beberapa kali guru datang ke kelas untuk menegur namun bukannya berhenti malah terus saja berlanjut. Baru, setelah Pak Gandi datang untuk mengajar pelajaran matematika semua mendadak diam tak berkutik.
Adel dari tadi terus saja mendengar desisan tapi bukan bersumber dari seekor ular melainkan murid-murid yang menanyakan bagaimana cara mengerjakan soal sekitar lima buah.
Adel akui mau lima, atau satu sekalipun, kalau namanya pelajaran matematika pasti mengerjakannya membutuhkan banyak waktu apalagi pak Gandi menyuruh langsung mengumpulkan entah itu selesai atau belum dan bonusnya akan dapat di akhir semester nanti, bukan bonus berupa uang. Kalau uang semuanya mau. Lah ini, di suruh mengerjakan soal matematika yang banyaknya sudah bikin pusing kepala. Adel pun dari tadi malah corat-coret sana-sini dan tak juga menemukan jawaban yang diinginkan.
Berbeda dengan kelas 11-IPS 3 muridnya sedang mendengarkan penjelasan dari Pak Mukti tentang sejarah Indonesia dari mulai perang dunia sampai detik-detik proklamasi di jelaskan sejelas-jelasnya oleh pak Mukti sampai semua anak muridnya hapal dan paham.
"Sampai sini paham!" ujar Pak Mukti pada semua muridnya.
"Paham pak!" jawab semua serempak.
"Kalau begitu saya kasih tes dadakan sekarang, apa kalian bisa dapat nilai 100?" tanyanya.
"Wah berat itu pak!" lagi-lagi semua menjawab serempak atas pertanyaan pak Mukti.
"Katanya paham, berarti kalian belum paham dan menyimak penjelasan saya dengan baik," pak Mukti geleng-geleng kepala atas jawaban para muridnya.
Sehingga pak Mukti menjelaskan kembali materi yang baru saja dibahasnya dan yang paling anteng menyimak adalah Gendis. Dia sama sekali tak keberatan mau pak Mukti menjelaskan sampai subuh pun soalnya dia diam saja tak seperti murid yang lain sudah tak sanggup mendengarkan karena pembahasannya itu lagi-itu lagi.
Bel istirahat akhirnya berbunyi menyelamatkan para murid 11-IPS3 dari penjelasan Pak Mukti dan setelah Pak Mukti keluar dari kelas semua berhamburan ke kantin kecuali Gendis.
Dia masih diam di bangku, tak ada yang bicara apalagi dekat-dekat dengannya. Entah apa salah Gendis sehingga bisa masuk kelas 11-IPS 3? kelas yang didominasi siswa-siswi otaknya di atas rata-rata.
Menemui Adel di kelas tujuh takutnya malu punya kakak seperti Gendis yang jarang bicara dan kurang paham bersosialisasi. Akhirnya Gendis memutuskan diam saja di kelas dengan ditemani keheningan.
***